Beras Oplosan
Kajian IPB Ungkap Modus Culas Produsen Beras: Label Palsu, Bobot Dikurangi
Kajian tersebut menyimpulkan bahwa praktik ini berpotensi menyebabkan kerugian negara hingga Rp100 triliun.
Penulis:
Reynas Abdila
Editor:
Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Praktik curang dalam industri perberasan nasional kembali mencuat ke permukaan. Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Edi Santosa, mengungkap hasil kajian lapangan yang menunjukkan maraknya kecurangan produsen beras, mulai dari penggunaan label palsu hingga pengurangan bobot kemasan.
Dalam kajiannya, tim IPB turun langsung ke pasar-pasar di 10 provinsi. Mereka memeriksa jenis beras, kesesuaian label dan isi kemasan, serta harga jual ke konsumen.
Hasilnya menunjukkan sebagian besar beras tidak sesuai mutu dan berat seperti tertera dalam label.
“Kalau yang kami kaji itu awalnya itu adalah beras yang ada di pasar 10 provinsi itu kami datangi, kemudian dicek, ditimbang, diklasifikasikan dulu ini medium apa premium, ditimbang labelnya berapa bobotnya, cocok enggak,” ujar Prof. Edi kepada Tribun Network, Senin (14/7/2025).
Dari hasil klasifikasi, sekitar 60 persen beras yang beredar ternyata tidak memenuhi kategori premium sebagaimana klaim kemasannya.
“Kemudian ditanya dari sisi data harga jual gimana tuh, apakah melebihi HET atau tidak?” tambahnya.
Baca juga: Mentan Amran Sebut Praktik Beras Premium Oplosan Bentuk Pengkhianatan Terhadap Petani dan Konsumen
Kerugian Negara Nyaris Rp100 Triliun
Kajian tersebut menyimpulkan bahwa praktik ini berpotensi menyebabkan kerugian negara hingga Rp100 triliun.
Namun Prof. Edi menekankan bahwa tidak semua kesalahan bisa langsung dibebankan ke produsen, karena rantai distribusi melibatkan banyak pihak.
“Kalau wadahnya palsu itu kita nggak bisa ngecek. Hanya yang punya produk itu yang bisa ngecek, misalnya beras merek X,” ujarnya.
Selain itu, bobot beras juga sering kali tak sesuai. Banyak produk 5 kg yang setelah ditimbang ternyata kurang dari itu.
“Misalnya 5 kilogram, ternyata begitu ditimbang 4,99 kilogram,” jelasnya.
Faktor penyebabnya bisa beragam, mulai dari timbangan tidak terkalibrasi hingga penyimpanan di gudang bersuhu tidak standar, yang menyebabkan penguapan air dan penyusutan berat beras.
“Siapa yang melakukan, apakah sengaja atau tidak, itu nggak bisa langsung salahkan produsen. Itu prosesnya panjang,” tegasnya.
Mentan Sebar Daftar Merek Tak Sesuai Standar

Temuan IPB tersebut sejalan dengan langkah tegas Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang mengungkap 212 mafia pangan di 10 provinsi.
Pemerintah melalui investigasi gabungan dengan Satgas Pangan Polri dan Kejaksaan Agung menemukan modus berulang: label mutu palsu, berat berkurang, dan harga yang melebihi HET.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.