Senin, 29 September 2025

RI Punya Potensi Besar Produksi Bioetanol Capai 7,5 Miliar Liter

Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi Kementerian ESDM, Elis Heviati mengatakan Indonesia memiliki potensi besar produksi bioetanol.

Penulis: willy Widianto
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
BAHAN BAKAR NABATI - Bakrie Center for Energy and Sustainability bekerja sama dengan Program Studi Ilmu Politik Universitas Bakrie menyelenggarakan diskusi publik bertajuk “Prospek dan Tantangan Industri Bahan Bakar Nabati di Indonesia” pada Rabu 25 Juni 2025, bertempat di Auditorium Universitas Bakrie, Bakrie Tower lantai 42, Jakarta. Acara ini menghadirkan narasumber utama Elis Heviati (Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi, Kementerian ESDM) dan Andree Harahap (VP Business Development Pertamina New and Renewable Energy), serta dua penanggap ahli yakni Prof. Ardiansyah dan Prof. Deffi Sari. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi Kementerian ESDM, Elis Heviati mengatakan Indonesia memiliki potensi besar produksi bioetanol yang bisa mencapai 7,5 miliar liter.

Hal itu menjadikan Indonesia dalam posisi strategis dalam program transisi energi menuju net zero emission.

“Indonesia memiliki potensi besar produksi bioetanol yang bisa mencapai 7,5 miliar liter per tahun. Sayangnya, kapasitas produksi aktual masih sangat rendah, yaitu sekitar 365 ribu kiloliter per tahun. Kita perlu segera atasi tantangan logistik, kebijakan fiskal, dan konflik kepentingan antara energi dan pangan” ujar Elis dalam diskusi publik bertajuk “Prospek dan Tantangan Industri Bahan Bakar Nabati di Indonesia” yang digelar Universitas Bakrie, Jakarta, Kamis(26/6/2025).

Atas hal tersebut VP Business Development Pertamina New dan Renewable Energy, Andre Harahap menekankan urgensi reformasi kebijakan dan percepatan produksi bioetanol agar Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor bensin secara signifikan.

“Kalau kita mau serius dorong bioetanol, kita harus segera selesaikan persoalan distribusi dan kebijakan harga. Belajar dari negara seperti Brasil dan Amerika Serikat, bioetanol bisa sukses asal didukung regulasi yang jelas” kata Andre.

Menanggapi hal tersebut Pakar Energi Terbarukan, Prof Deffi Sari memberikan catatan penting tentang dampak lingkungan, terutama isu deforestasi dan emisi gas rumah kaca yang muncul akibat industri biofuel.

Sementara itu Head of Bakrie Center for Energy and Sustainability, Dr Muhammad Badaruddin menambahkan, diskusi ini merupakan bagian dari upaya strategis Universitas Bakrie untuk mendukung percepatan transisi energi di Indonesia melalui kolaborasi lintas sektoral.

Diskusi dihadiri mahasiswa dan dosen lintas program studi Universitas Bakrie sebagai bagian dari upaya memperkuat hubungan antara akademisi dengan dunia industri serta membangun diskusi strategis yang mendalam tentang isu energi nasional

Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakrie,  Prof Dudi Rudianto, dalam sambutannya mengatakan diskusi ini bertujuan mempertemukan berbagai pihak untuk merumuskan solusi nyata.

“Acara ini penting karena mempertemukan praktisi industri, pemerintah, dan akademisi agar kita bisa cari solusi bersama yang realistis untuk pengembangan energi nabati di Indonesia” kata Prof Dudi.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan