Minggu, 5 Oktober 2025

Tambang Nikel di Raja Ampat

Ancaman Tambang Nikel di Raja Ampat dalam Perspektif Pariwisata: Siapa yang Bisa Jamin Ekologinya?

Pakar strategi pariwisata nasional Taufan Rahmadi mengungkap kekhawatirannya soal aktivitas tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Istimewa
TAMBANG NIKEL MERUSAK ALAM - Aktivitas tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, merusak alam dan mengancam status Raja Ampat sebagai kawasan wisata strategis nasional. Pakar strategi pariwisata nasional, Taufan Rahmadi, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai aktivitas pertambangan nikel terhadap pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. 

TRIBUNNEWS.COM - Pakar strategi pariwisata nasional, Taufan Rahmadi, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai aktivitas pertambangan nikel terhadap pariwisata Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Taufan menyebut, bahwa meski pemerintah mengklaim aktivitas pertambangan sudah sesuai prosedur dan jaraknya jauh dari titik wisata, tidak ada yang bisa menjamin keberlangsungan ekologi di Raja Ampat.

Sehingga, menurutnya, diperlukan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan kebijakan terkait Raja Ampat.

Tidak hanya fokus pada nilai ekonomi, tetapi juga aspek alam lain yang tidak ternilai harganya.

Hal ini ia sampaikan dalam tayangan Sapa Indonesia Malam yang diunggah di kanal YouTube KompasTV, Minggu (8/6/2025).

"Ya jadi begini, mungkin saja secara administratif itu masih jauh, tetapi siapa yang bisa menjamin terkait ekologi? Bagaimana tentang ekosistem di sana?" kata Taufan.

"Kita tahu ekologi itu menyangkut air, udara, ya, semua kelestarian alam ada di situ. Nah, ini yang harus kita hati-hati."

"Oleh karena itu, di dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terkait Raja Ampat ini benar-benar prinsip keberhati-hatian ya."

"Jangan hanya melihat nilai ekonomi saja, tetapi juga melihat hal-hal yang tidak ternilai harganya tadi seperti itu."

Jika Tambang Berlanjut, Potensi Wisatanya Bisa Hilang

Taufan melanjutkan, jika pertambangan masih terus berlanjut, maka potensi wisata Raja Ampat bisa hilang.

Baca juga: Kritik Tajam WALHI soal Tambang Nikel di Raja Ampat: Kiamat Itu Ekosistem di Sana

Menurut Taufan, reputasi yang paling mahal yang berisiko hilang jika tambang tidak dihentikan adalah wisata premium.

"Reputasi yang paling mahal karena Raja Ampat itu adalah berbicara tentang wisatawan premium," papar Taufan.

"Once kita gagal menjaga kelestarian di Raja Ampat, itu menyebabkan reputasi kita di mata wisatawan mancanegara kita akan jatuh."

"Itu otomatis akan menurunkan status Raja Ampat sendiri ya."

Selanjutnya, Taufan mengkhawatirkan kondisi perekonomian rakyat yang bisa terancam akibat aktivitas tambang.

Tak terkecuali pada masyarakat adat.

"Lalu yang kedua yang paling berbahaya adalah ketika berbicara pariwisata itu adalah bicara tentang perekonomian masyarakat, ekonomi masyarakat akar rumput, masyarakat-masyarakat adat di sana. Ini menjadi concern kita," papar Taufan.

"Jangan sampai nanti ketika Raja Ampat ini tanda petik hilang dari konteks target wisatawan premium mancanegara. Ini akan berdampak kepada penghasilan masyarakat di sana."

Taufan juga menjelaskan ada potensi kerugian hingga minimal Rp1,5 triliun per tahun.

"Karena dari data yang saya dapatkan minimal ya dalam 1 tahun yang bisa diraih dari sektor pariwisata untuk kunjungan ke Raja Ampat dalam segala sektornya itu Rp1,5 triliun gitu dalam 1 tahun," jelasnya.

"Artinya apa? Kalau ini kalau ini hilang, berapa potensi perekonomian masyarakat di sana yang juga akan hilang gitu?"

Perbandingan dengan Pertambangan

Lalu, Taufan menyampaikan bahwa baik pertambangan maupun pariwisata memang sama-sama penting.

Namun, ia menggarisbawahi bahwa ada dampak jangka panjang yang merusak pada sektor pariwisata jika aktivitas pertambangan di Raja Ampat dilanjutkan.

Sehingga, ia menegaskan, penentuan kebijakan mengenai pariwisata di Raja Ampat harus sangat hati-hati.

"Pertambangan dalam jangka pendek mungkin memiliki nilai yang sangat besar, tetapi apa yang terjadi di dalam di dalam destinasi pariwisata kalau terjadi kerusakan lingkungan di sana itu berdampak pada apa yang tidak tergantikan, dan itu tidak ternilai harganya," papar Taufan.

"Ditambah lagi, ini katakan bahwa berbicara tentang tambang, bicara tentang pariwisata itu harus hati-hati."

"Karena benar kita butuh pertumbuhan ekonomi, benar kita butuh tentang tambang, tetapi jangan sampai itu merusak kekayaan yang ada di Raja Ampat."

"Kalau Raja Ampat ditetapkan sebagai kawasan strategis pariwisata nasional, ditetapkan sebagai Geopark, di situlah letak positioning Raja Ampat yang sesungguhnya."

(Tribunnews.com/Rizki A.)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved