Selasa, 7 Oktober 2025

Tambang Nikel di Raja Ampat

Polemik Tambang Nikel di Raja Ampat, Greenpeace: Ada Tiga Pulau yang Sedang Dikeruk

Di media sosial, tagar #SaveRajaAmpat terus bergulir sebagai bentuk protes atas aktivitas pertambangan di wilayah tersebut.

|
Kolase Tribunnews/Greenpeace
EKOLOGI RUSAK - Kerusakan ekologis terlihat nyata akibat aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Rio Rompas mengatakan terdapat aktivitas pertambangan nikel di tiga pulau di Raja Empat, Papua Barat Daya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Rio Rompas mengatakan terdapat aktivitas pertambangan nikel di tiga pulau di Raja Empat, Papua Barat Daya.

Diketahui saat ini aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, tengah mendapat sorotan publik.

Baca juga: Kehadiran Bahlil di Sorong Disambut Teriakan Penipu dari Demonstran Imbas Tambang Nikel Raja Ampat

Pasalnya aktivitas pertambangan tersebut berdampak langsung terhadap kerusakan lingkungan.

"Kami memang sudah lama melakukan investigasi, pengumpulan data, dokumentasi dan terakhir kami melakukan aksi di Critical Mineral Conference. Karena di situ berkumpul para pengambil kebijakan termasuk para perusahaan-perusahaan," kata Rio, Sabtu (7/6/2025).

Dikatakan Rio, pihaknya punya data-data yang kuat dan temuan-temuan di lapangan.

"Temuan kami di lapangan memang ada tiga pulau kecil yang sedang dikeruk di Pulau Manuran, Pulau Kawe, sama Pulau Gag," jelasnya.

Kemudian dikatakan Rio ada satu perusahaan yang di Manyaifun dan Batang Pele dekat dengan Piaynemo juga mulai melakukan aktivitas eksplorasi.

"Kami mengumpulkan data-data itu dan kemudian membawa bersama dengan masyarakat Raja Empat untuk melakukan aksi di Critical Mineral Conference di Jakarta," tandasnya.

Keberadaan industri nikel di Raja Ampat kini menjadi perhatian publik luas. Di media sosial, tagar #SaveRajaAmpat terus bergulir sebagai bentuk protes atas aktivitas pertambangan di wilayah tersebut.

Organisasi lingkungan Greenpeace melalui akun media sosial X menyebut bahwa Raja Ampat saat ini tengah berada dalam ancaman industri nikel dan program hilirisasi yang dijalankan pemerintah.

Pemerintah juga telah merespons kekhawatiran publik soal ancaman kerusakan alam di tempat wisata Raja Ampat, Papua Daya Barat.

Diketahui, kerusakan alam itu dikhawatirkan terjadi karena adanya aktivitas penambangan nikel di lokasi tersebut.

Baca juga: Profil 4 Perusahaan Tambang Nikel di Raja Ampat, dari Anak Usaha BUMN hingga Perusahaan China

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI Bahlil Lahadalia mengaku, sudah menerjunkan tim ke lokasi penambangan yang dilakukan oleh PT Gag Nikel, anak usaha PT Antam (Persero), Tbk.

Bahkan Bahlil berencana akan mendatangi lokasi tersebut karena kebetulan dia ada kunjungan kerja untuk meninjau sumur minyak dan Gas di Papua.

Bahlil mengaku, kedatangannya ke lokasi PT Gag Nikel, selaku pemegang izin tambang nikel bisa dilihat secara objektif.

Untuk meredam kegelisahan publik, Bahlil memerintahkan anak buahnya untuk menghentikan sementara operasi penambangan tersebut.

Meski demikian, kata dia, melarang aktivitas penambangan bukan berarti perseroan tidak bisa berkegiatan seterusnya.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved