88 Persen Kematian COVID-19 Terjadi pada Lansia, Epidemiolog Jelaskan Penyebabnya
Kebanyakan yang meninggal itu belum divaksin lengkap atau belum booster lagi, terutama di kelompok usia lanjut di atas 65 tahun.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Meski infeksi COVID-19 kini cenderung ringan di masyarakat umum, orang lanjut usia tetap menjadi kelompok yang paling rentan mengalami komplikasi serius bahkan kematian.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut sebagian besar korban meninggal akibat COVID-19 saat ini berasal dari kelompok usia lanjut.
“Bukti di lapangan saat ini di dunia secara umum, meski kasus meningkat, kematian kan hanya sekitar 0,4 persen. Dan kebanyakan yang meninggal itu belum divaksin lengkap atau belum booster lagi, terutama di kelompok usia lanjut di atas 65 tahun,” ungkap Dicky pada keterangannya, Kamis (5/6/2025).
Baca juga: Waspadai Potensi Lonjakan Covid-19 Jelang Idul Adha, Ini Pesan Epidemiolog
Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ia menyebut bahwa lansia menyumbang sekitar 88 persen dari angka kematian akibat COVID-19.
“Data dunia WHO itu menunjukkan 88 persen dari kematian akibat COVID ini terjadi pada lansia di usia 65 tahun ke atas,” ujarnya.
Menurutnya, ada beberapa alasan mengapa lansia menjadi kelompok paling rentan.
Pertama, sistem kekebalan tubuh lansia secara alami memang menurun seiring bertambahnya usia.
“Ini karena penjelasannya, daya tahan tubuh lansia ini melemah secara alami seiring bertambah usia. Sistem kekebalan tubuhnya nggak sekuat seperti kita, masih muda atau saya yang di 50-an,” jelas Dicky.
Alasan kedua, banyak lansia memiliki penyakit bawaan seperti diabetes, gangguan paru-paru, ginjal, dan lainnya.
Kondisi tersebut memperburuk dampak infeksi COVID-19.
“Lansia ini sering punya penyakit bawaan, entah itu diabetes, paru atau ginjal dan lain sebagainya. Ini yang kalau sudah ada penyakit lain, COVID-19 itu bisa memperburuk kondisi itu dan membuatnya fatal,” ujarnya.
Selain itu, masih banyak lansia yang belum menerima vaksin COVID-19 secara lengkap, bahkan belum mendapatkan booster. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi serius.
“Banyak lansia ini belum mendapatkan vaksin COVID itu satu, atau bahkan sebagian lagi belum mendapatkan booster nya. Jadi karena ada merasa tidak pergi ke mana-mana ya, terutama di China pun begitu, atau di negara-negara maju,” terang Dicky.
Terakhir, Dicky menyoroti karakter virus COVID-19 varian baru yang lebih mudah menular. Jika menyerang lansia, dampaknya bisa jauh lebih serius.
“Penyebab lainnya adalah karena virus penyebab COVID-19 yang baru, atau varian baru ini lebih mudah menular karena memang karakternya. Jadi kalau dia menyerang lansia ya tentu bisa memperparah kondisi,” pungkasnya.
Sosok Ibu-ibu Lansia Pelaku Penjarahan yang Dimaafkan Uya Kuya, Tukang Parkir, Ketahuan Ambil AC |
![]() |
---|
Uya Kuya Maafkan Wanita Lansia yang Jarah Rumahnya, Ini yang Buatnya Tak Tega |
![]() |
---|
Satu Penderita Campak Bisa Menularkan ke 18 Orang, Epidemiolog Ingatkan Strategi 90 Hari |
![]() |
---|
Lansia Hidup Sebatang Kara di Brebes Ditemukan Meninggal di Rumahnya |
![]() |
---|
Kemenhub: Penerbangan Nasional Menuju Pemulihan, 334 Pesawat Masih Aktif Beroperasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.