Minggu, 5 Oktober 2025

Galian Tambang di Cirebon Longsor

Penampakan Citra Satelit Tambang Gunung Kuda Cirebon Sebelum Longsor, BNPB Beri Penjelasan

BNPB menunjukkan citra satelit tambang galian C Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat sebelum longsor.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
Tangkapan Layar Kanal Youtube BNPB Indonesia/ Gita
LONGSOR GUNUNG KUDA - Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menunjukkan sejumlah citra satelit area tambang Gunung Kuda Kabupaten Cirebon pada tahun 2009, 2013, 2016, 2019, 2020, 2021, 2022, dan 2024. Pria yang akrab disapa Aam itu menjelaskan citra satelit menunjukkan aktifitas penambangan semakin intensif sejak 2019 sampai 2024. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan citra satelit tambang galian C Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat sebelum longsor yang mengakibatkan puluhan korban meninggal dunia pada Jumat (30/5/2025).

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menunjukkan sejumlah citra satelit area tambang Gunung Kuda Kabupaten Cirebon beberapa tahun sebelumnya yakni tahun 2009, 2013, 2016, 2019, 2020, 2021, 2022, dan 2024.

Pria yang akrab disapa Aam itu menjelaskan citra satelit menunjukkan aktivitas penambangan semakin intensif sejak 2019 sampai 2024.

Hal itu disampaikannya dalam Disaster Briefing bertajuk Update Longsor di Gunung Kuda Cirebon yang disiarkan di kanal Youtube BNPB Indonesia pada Senin (2/6/2025).

"Ini 2021 yang tadinya masih belum tersambung kemudian sudah mulai digali juga, volumenya lebih banyak, sangat intensif mulai dari 2019, 2020, 2021, 2022 ini sangat intensif. Hingga akhirnya 2024," kata Aam.

Baca juga: Tahan Tangis, Dedi Mulyadi Akui Pemerintah Lalai soal Longsor Tambang Cirebon, Siap Tanggung Jawab

Padahal, kata dia, tanpa adanya aktivitas pertambangan pun, daerah Gunung Kuda sudah memiliki potensi longsor yang tinggi.

Terlebih, kata dia, aktivitas pertambangan membuat kemiringan lereng Gunung Kuda berangsur-angsur semakin besar.

"Kita ingat bahwa dan kita paham bahwa kemiringan lereng lebih dari 30 derajat saja kalau tidak ada vegetasi di situ sudah sangat rawan longsor. Apalagi Gunung Kuda itu sudah lebih besar kelerengannya daripada 60 derajat," ujar Aam.

Baca juga: Modus 2 Tersangka Longsor Gunung Kuda Cirebon: Tetap Jalankan Tambang meski Ada Surat Larangan Resmi

"Sekali lagi Gunung Kuda adalah daerah yang sangat rawan longsor tanpa ada aktivitas pertambangan di situ. Jadi ini harus menjadi perhatian untuk kita semua," ucapnya.

Bahkan, kata Aam, selama tiga hari Tim SAR bekerja di lapangan, setiap hari terjadi longsor susulan.

Sehingga, lanjutnya, Tim SAR Gabungan di lapangan membagi menjadi dua titik untuk menghindari potensi longsoran dan menghindari longsoran berdampak pada tim yang sedang bekerja di lapangan.

Menurut dia, hal itu pula yang kemudian membuat proses evakuasi menjadi sulit dan memakan waktu.

"Jadi inilah yang benar-benar harus menjadi pembelajaran kita bahwa aktivitas ekonomi seperti pertambangan terutama yang legal, tentu saja ini adalah salah satu bentuk upaya aktivitas ekonomi yang perlu didukung," ungkapnya.

"Tetapi dalam satu sisi aktivitas-aktivitas pertambangan sifatnya open pit, yang sifatnya pemapasan kelerengan, itu benar-benar harus memperhatikan aspek geologi, aspek potensi longsoran, dan seterusnya, sehingga benar-benar kita ke depan bisa menjamin keselamatan saudara-saudara kita yang memang mencari penghidupan di situ. Ini yang menjadi catatan kita," pungkas Aam.

Hingga Senin (2/6/2025) Tim SAR Gabungan telah berhasil menemukan 21 jenazah korban longsor di tambang galian C Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved