Job Fair di Bekasi Ricuh, Dedi Mulyadi Siapkan Sistem Lamar Kerja Tanpa Datang ke Lokasi Rekrutmen
Cara Dedi Mulyadi mengatasi masalah pengangguran di Jawa Barat salah satunya dengan menyiapkan sistem lamaran kerja tanpa datang ke lokasi rekrutmen.
Sebelumnya, Pengamat Ketenagakerjaan Tadjuddin Noer Effendi menilai kericuhan yang terjadi pada job fair Bekasi menandakan banyaknya masyarakat yang butuh pekerjaan.
Dalam hal ini, menurutnya, pemerintah belum cukup sigap menciptakan lapangan kerja, sehingga bursa kerja yang digelar hampir selalu dipadati pencari kerja.
"Itu indikasi sebenarnya, masyarakat kita itu sedang membutuhkan peluang kerja sebenarnya. Sebab angka pengangguran kita kan meningkat, menurut BPS (Badan Pusat Statistik)," kata Tadjuddin.
Tadjuddin pun memperkirakan, pelaksanaan bursa kerja pasti akan selalu dipadati peserta dimanapun tempatnya.
Hal ini seiring dengan banyaknya orang yang masuk ke pasar kerja setiap tahun, dan bertambahnya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Di mana saja itu bisa meledak, karena itu merupakan fenomena yang meluas, apalagi PHK terus meningkat."
"Nah, setiap tahun, angkatan kerja yang siap masuk ke pasar kerja itu kira-kira 3 juta sampai 3,5 juta," jelas Tadjuddin.
Respons Kemnaker
Terkait kericuhan yang terjadi di Job Fair Bekasi itu, Kepala Biro Humas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Sunardi Manampiar Sinaga mengatakan bahwa sejatinya job fair itu memang bentuk konsolidasi peluang kerja dalam satu tempat.
Sehingga, sangat memungkinkan kedatangan pengunjung dalam jumlah besar.
"Hal ini berbeda dengan proses lamaran kerja konvensional yang dilakukan langsung ke perusahaan, yang tidak menimbulkan keramaian karena prosesnya tersebar dan bersifat individual," katanya, Jumat (30/5/2025).
Maka dari itu, Sunardi berharap penyelenggara job fair juga mengadakan evaluasi terhadap acara, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Kendati demikian, Sunardi tetap mengapresiasi Pemda Kabupaten Bekasi yang telah berinisiatif menggelar job fair tersebut.
"Kami memahami tingginya antusiasme masyarakat dalam mencari peluang kerja dan melihat peristiwa ini sebagai cerminan bahwa kebutuhan terhadap informasi dan akses kerja masih sangat besar."
"Sehingga penyelenggaraan job fair harus direncanakan dengan matang dan sebaik mungkin," ungkapnya.
Sunardi menambahkan, tingginya animo masyarakat terhadap job fair sangat bisa dimengerti, terutama dari kalangan angkatan kerja baru, seperti lulusan SMA/SMK maupun perguruan tinggi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.