Selasa, 7 Oktober 2025

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Ungkap 6 Urgensi Penulisan Ulang Sejarah Nasional

Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon, mengungkapkan 6 urgensi penulisan ulang sejarah nasional dilakukan. Satu di antaranya menghapus bias kolonial

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews/Jeprima
FADLI ZON - Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon memberikan kata sambutan pada acara Mata Lokal Fest 2025 di Hotel Shangrila, Jakarta Selatan, Kamis (8/5/2025). Ia mengungkapkan 6 urgensi penulisan ulang sejarah nasional dilakukan, satu di antaranya menghapus bias kolonial. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon, mengungkapkan 6 urgensi penulisan ulang sejarah nasional dilakukan.

Hal ini disampaikan Fadli Zon dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5/2025).

Fadli Zon mengatakan, penulisan sejarah ini dilakukan untuk menghapus bias kolonialisme dalam sejarah Indonesia.

“Yang pertama adalah menghapus bias kolonial dan menegaskan perspektif Indonesiasentris apalagi sekarang ini kita 80 tahun Indonesia merdeka sudah, saya kira waktunya kita memberikan satu pembebasan total dari bias kolonial ini dan menegaskan perspektif Indonesia sentris,” kata Fadli dalam rapat.

Alasan kedua, menurut Fadli, adalah untuk menjawab tantangan kekinian dan globalisasi yang terus berkembang.

Baca juga: Menteri Fadli Zon Bangga Lokal Fest Tribun Network 2025

Alasan ketiga, penulisan ulang ini diharapkan mampu membentuk identitas nasional yang kuat di tengah arus informasi yang deras.

“(Alasan keempat) menegaskan otonomi sejarah, sejarah otonom. (Kelima) Kemudian relevansi untuk generasi muda,” ujarnya.

Alasan keenam dari urgensi penulisan ulang sejarah adalah untuk merekonstruksi kembali jati diri bangsa.

Baca juga: Menbud Fadli Zon Ungkap Alasan Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Dirilis Saat HUT ke-80 RI

“Dan (keenam) reinventing Indonesian identity,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, sejak dua dekade lebih, belum ada pembaruan komprehensif dalam penulisan sejarah nasional.

“Lebih-lebih lagi karena kita terakhir menulis sejarah itu ya hingga 25 tahun yang lalu dan belum pernah ada lagi penulisan,” ungkap Fadli.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved