Minggu, 5 Oktober 2025

Ijazah Jokowi

Rismon Sianipar Tak Percaya Bareskrim soal Ijazah Jokowi: Tantang Uji di Luar Negeri, Bakal Biayai

Rismon Sianipar tidak percaya temuan Bareskrim Polri soal ijazah Jokowi. Dia ingin adanya uji independen di luar neger dan dirinya akan membiayainya.

Tangkapan layar dari kanal YouTube Abraham Samad
RISMON DAN IJAZAH JOKOWI - Ahli digital forensik, Rismon Sianipar, saat berada di siniar yang ditayangkan di YouTube Abraham Samad pada Minggu (27/4/2025). Rismon tidak percaya temuan Bareskrim Polri soal ijazah Jokowi. Dia ingin adanya uji independen di luar neger dan dirinya akan membiayainya. 

TRIBUNNEWS.COM - Ahli digital forensik sekaligus mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Sianipar tidak percaya dengan temuan Bareskrim Polri yang menyatakan ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), adalah asli.

Dia pun menantang Bareskrim untuk melakukan pengujian secara laboratorium forensik (labfor) secara independen.

Selain itu, Rismon juga mengatakan seluruh biaya uji labfor tersebut akan dibiayai oleh pihaknya.

"Kalau hasil kalian, saya ingatkan kepada Laboratorium Forensik dan Bareskrim, kalau kalian merasa hasil kalian itu reliable dan otentik, maka harus siap kita sama-sama bersepakat untuk menentukan laboratorium yang independen di luar negeri. Kami yang biayai, urunan."

"Kalau hasil kalian reliable, handal, tanpa intervensi, maka harus siap itu yang namanya saintifik," katanya dikutip dari YouTube Abraham Samad, Jumat (23/5/2025).

Rismon mengungkapkan dalam bidang keilmuan, temuan atau kesimpulan harus bisa direkonstruksi atau diuji ulang oleh pihak lain.

Dia juga menegaskan bahwa temuan Bareskrim dalam kasus ijazah Jokowi bukanlah temuan tunggal dan dianggap paling benar.

Hal ini, sambung Rismon, perlu dilakukan demi meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri.

"Kebenaran ilmiah itu tidak absolut, tidak hanya milik Anda (Bareskrim). Harus siap diuji oleh pihak lain demi memberikan public trust, itu poinnya," tuturnya.

Baca juga: Kader PSI Pengunggah Ijazah Bertemu dengan Jokowi Satu Jam di Solo, Ini yang Mereka Bicarakan

Rismon mengatakan usulannya itu perlu dilakukan karena dirinya masih ragu atas hasil temuan dari Bareskrim Polri, khususnya terkait skripsi Jokowi.

Pasalnya, berdasarkan bukti skripsi Jokowi yang diperlihatkan kepadanya saat mengunjungi UGM beberapa waktu lalu, Rismon menganggap teknologi tulisan yang dicetak tidak mungkin dibuat pada tahun 80'an.

Rismon mengatakan dirinya semakin yakin bahwa skripsi Jokowi tidak dibuat pada tahun 80'an ketika dibandingkan dengan tiga skripsi di tahun yang sama.

Dia meyakini skripsi Jokowi dibuat pada tahun 2004 ketika perusahaan software, Microsoft, meluncurkan Windows XP.

"Seperti tadi itu, beberapa nama itu Sri Dominingsih, Lembah Edianto, Sigit Hariwinarto, itu teknologi percetakannya yaitu (skripsi) pakai Windows XP," tuturnya.

Selain itu, Rismon juga mempertanyakan kesimpulan Bareskrim Polri bahwa skripsi Jokowi dicetak dengan teknik hand press.

Rismon meragukan terkait kesimpulan tersebut karena ketikan tanda titik dalam skripsi Jokowi dianggapnya terlalu rapi untuk ukuran teknologi pada tahun 1980-an.

"Bagaimana Dirtipidum yang menjelaskan, coba perhatikan kerapatan (font) titik (di skripsi Jokowi), itu titiknya rapat. Bagaimana cara membuat hand press seperti itu? Tidak mblebor. Bagaimana menyusunnya?" ujar Rismon.

Rismon menuturkan jika memang skripsi Jokowi dicetak dengan teknik hand press, maka seharusnya font yang tercetak tidak rapi seperti teknik cetak modern yaitu ink jet atau laser jet.

Pasalnya, menurut temuan Rismon, skripsi Jokowi khususnya di lembar pengesahan, font yang digunakan sangat rapi dan diduga bukan dicetak secara hand press.

"Bagaimana menata font-nya itu titik-titik, terus di press? Nggak blebor tuh. Terus, ketika kita zoom, hand press itu karakternya atau fontnya itu blebor ke arah tekstur kertas tersebut. Jadi seperti berambut ketika kita zoom."

"Bukan produk ink jet atau laser jet yang injeksinya sangat nanometer atau milimeter," jelas Rismon.

Bareskrim Polri Sebut Ijazah Jokowi Asli

IJAZAH JOKOWI - Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro memberikan keterangan saat konferensi pers tentang hasil penyelidikan pengaduan masyarakat tentang dugaan tindak pidana terkait ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (22/5/2025). Bareskrim Polri memutuskan menghentikan penyelidikan laporan terkait dugaan kepemilikan ijazah palsu Joko Widodo yang dilayangkan Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) karena tidak menemukan tindak pidana sekaligus memastikan bahwa ijazah SMA dan S1 milik Joko Widodo asli setelah dilakukan pemeriksaan dokumen dan saksi-saksi terkait. TRIBUNNEWS/HO/HUMAS MABES POLRI
IJAZAH JOKOWI - Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro memberikan keterangan saat konferensi pers tentang hasil penyelidikan pengaduan masyarakat tentang dugaan tindak pidana terkait ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Kamis (22/5/2025). (HUMAS MABES POLRI/)

Sebelumnya, Dirtipidum Bareskrim Polri, Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro, mengumumkan bahwa ijazah milik mantan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) adalah asli.

Hal itu diketahui dari rangkaian penyelidikan yang telah dilakukan penyidik dari Bareskrim Polri dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor).

Mulanya, Djuhandhani menuturkan Jokowi memang mendaftar dan lolos masuk Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1980.

Adapun hal itu diketahui lewat bukti pengumuman 3.169 peserta yang masuk Proyek Perintis Satu (PPI) UGM yang tertulis dalam koran terbitan Kedaulatan Rakyat pada 18 Juli 1980.

"Pada halaman 4 kolom 6, pada bagian UGM Fakultas Kehutanan nomor 14 tercantum nama Joko Widodo."

"Terhadap koran tersebut sudah dipastikan keasliannya melalui staf perpustakaan," kata Djuhandani dalam konferensi pers di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (22/5/2025).

Djuhandhani juga mengungkapkan bukti bahwa Jokowi masuk di Fakultas Kehutanan UGM adalah adanya blangko daftar ulang yang telah diuji secara labfor dan memang identik dengan arsip milik UGM.

Tak cuma itu, Jokowi juga menjalani perkuliahan di Fakultas Kehutanan UGM dengan bukti adanya Kartu Hasil Studi (KHS) miliknya dengan nomor induk mahasiswa (NIM) 1681/KT.

Selain itu, adapula bukti pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) semester 2 tahun ajaran 1981/1982 atas nama Jokowi.

"Adanya surat permohonan izin atau heregistrasi semester dua tahun ajaran 81/82 atas nama Joko Widodo pada tanggal 12 Januari 1982 yang telah diuji secara laboratoris oleh Puslabfor dan dinyatakan stempel adalah identik atau produk yang sama dengan pembanding," tutur Djuhandhani.

Bukti lainnya yang didapat adalah terkait surat keterangan ujian praktek milik Jokowi pada tahun 1984 yang telah diarsipkan oleh UGM.

Djuhandhani juga mengungkapkan adanya dokumen atas nama Jokowi yang menjelaskan sudah dilaksanakan ujian praktek tingkat satu hingga skripsi.

"Meliputi, kuliah lapangan satu selama 1 hari di Banjarejo, Ngawi, pada tahun 1980. Kedua, kuliah lapangan lama tiga hari di Baturaden dan Cilacap pada tahun 1982."

"Ketiga, inventarisasi hutan lama enam hari tahun 1982. Keempat, praktek umum selama dua bulan di Madiun, Cepu, dan Rembang pada tahun 1983. KKN lama tiga bulan di Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, pada tahun 1983."

"Keenam, problema kehutanan selama 3,5 bulan di Kotamadya Surakarta pada 1984-1985. Kemudian, adanya daftar nilai sarjana atas nama Joko Widodo nomor mahasiswa 1681/KT," jelasnya.

Dengan deretan masa kuliah yang ditempuh tersebut, Djuhandani mengatakan Jokowi dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan di Fakultas Kehutanan UGM.

Hal tersebut berdasarkan bukti berupa adanya berita acara ujian atas nama Jokowi dan ditandatangani oleh dosen penguji yaitu Dr. Ir. Achmad Sumitro, Ir. Sofyan, Ir. P Burhanuddin.

Selanjutnya, adanya surat keterangan dari pinjaman buku, uang, atau alat tulis atas nama Jokowi sebagai syarat agar bisa mengikuti wisuda.

Djuhandhani juga menuturkan skripsi Jokowi berjudul 'Studi Tentang Konsumsi Kayu Lapis di Kotamadya Surakarta' dan dinyatakan asli setelah dibandingkan dengan skripsi senior dan junior Jokowi.

"Bahwa terdapat banyak mesin ketik yang beredar namun dapat diklasifikasikan dalam dua tipe yaitu tipe pika dan elit," katanya.

"Dalam hal skripsi milik Bapak Jokowi setelah dilakukan penelitian dari bab satu sampai dengan terakhir oleh Puslabfor, mesin ketik yang digunakan adalah tipe pika," sambung Djuhandhani.

Sementara terkait lembar pengesahan skripsi Jokowi, Djuhandani mengatakan dibuat dengan hand press dan letter press sehingga ketika diraba tidak rata atau cekung.

Dari segala penyelidikan yang telah dilakukan Bareskrim dan dibantu oleh Puslabfor, Djuhandani menyatakan bahwa ijazah Jokowi adalah asli.

"Terhadap hasil penyelidikan ini telah dilaksanakan gelar perkara untuk memberikan kepastian hukum dengan hasil tidak ditemukan tindak pidana," katanya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved