Ijazah Jokowi
Rismon Sianipar Tak Percaya Bareskrim soal Ijazah Jokowi: Tantang Uji di Luar Negeri, Bakal Biayai
Rismon Sianipar tidak percaya temuan Bareskrim Polri soal ijazah Jokowi. Dia ingin adanya uji independen di luar neger dan dirinya akan membiayainya.
TRIBUNNEWS.COM - Ahli digital forensik sekaligus mantan dosen Universitas Mataram, Rismon Sianipar tidak percaya dengan temuan Bareskrim Polri yang menyatakan ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), adalah asli.
Dia pun menantang Bareskrim untuk melakukan pengujian secara laboratorium forensik (labfor) secara independen.
Selain itu, Rismon juga mengatakan seluruh biaya uji labfor tersebut akan dibiayai oleh pihaknya.
"Kalau hasil kalian, saya ingatkan kepada Laboratorium Forensik dan Bareskrim, kalau kalian merasa hasil kalian itu reliable dan otentik, maka harus siap kita sama-sama bersepakat untuk menentukan laboratorium yang independen di luar negeri. Kami yang biayai, urunan."
"Kalau hasil kalian reliable, handal, tanpa intervensi, maka harus siap itu yang namanya saintifik," katanya dikutip dari YouTube Abraham Samad, Jumat (23/5/2025).
Rismon mengungkapkan dalam bidang keilmuan, temuan atau kesimpulan harus bisa direkonstruksi atau diuji ulang oleh pihak lain.
Dia juga menegaskan bahwa temuan Bareskrim dalam kasus ijazah Jokowi bukanlah temuan tunggal dan dianggap paling benar.
Hal ini, sambung Rismon, perlu dilakukan demi meningkatkan kepercayaan publik terhadap Polri.
"Kebenaran ilmiah itu tidak absolut, tidak hanya milik Anda (Bareskrim). Harus siap diuji oleh pihak lain demi memberikan public trust, itu poinnya," tuturnya.
Baca juga: Kader PSI Pengunggah Ijazah Bertemu dengan Jokowi Satu Jam di Solo, Ini yang Mereka Bicarakan
Rismon mengatakan usulannya itu perlu dilakukan karena dirinya masih ragu atas hasil temuan dari Bareskrim Polri, khususnya terkait skripsi Jokowi.
Pasalnya, berdasarkan bukti skripsi Jokowi yang diperlihatkan kepadanya saat mengunjungi UGM beberapa waktu lalu, Rismon menganggap teknologi tulisan yang dicetak tidak mungkin dibuat pada tahun 80'an.
Rismon mengatakan dirinya semakin yakin bahwa skripsi Jokowi tidak dibuat pada tahun 80'an ketika dibandingkan dengan tiga skripsi di tahun yang sama.
Dia meyakini skripsi Jokowi dibuat pada tahun 2004 ketika perusahaan software, Microsoft, meluncurkan Windows XP.
"Seperti tadi itu, beberapa nama itu Sri Dominingsih, Lembah Edianto, Sigit Hariwinarto, itu teknologi percetakannya yaitu (skripsi) pakai Windows XP," tuturnya.
Selain itu, Rismon juga mempertanyakan kesimpulan Bareskrim Polri bahwa skripsi Jokowi dicetak dengan teknik hand press.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.