Hari Kebangkitan Nasional
Mengapa Lahirnya Budi Utomo Ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional? Berikut Sejarahnya
Lahirnya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional lantaran dianggap sebagai awal dari gerakan nasionalisme Indonesia.
Politik Etis adalah kebijakan politik yang mengandung rasa terima kasih kepada rakyat pribumi dengan memberikan tiga hal, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi.
Melalui Politik Etis, salah satu anggota parlemen Belanda, yaitu Conrad Theodor van Deventer, menyatakan bahwa Belanda harus bersyukur kepada rakyat pribumi.
Pasalnya, berkat rakyat pribumi, Belanda mendapatkan keuntungan besar selama berabad-abad menjajah Tanah Air.
Sejak Politik Etis diberlakukan pada 1901, Belanda melaksanakan program edukasi dengan membangun sekolah-sekolah untuk rakyat pribumi.
Dengan adanya sekolah-sekolah, muncul generasi terpelajar di Indonesia, di antaranya adalah para pelajar yang mendirikan Budi Utomo.
Asal usul Budi Utomo bermula pada 1906, ketika dr. Wahidin Sudirohusodo mengadakan kampanye penggalangan dana pelajar dari golongan priyayi di Pulau Jawa.
Ketika sedang berkampanye pada 1907, dr. Wahidin berjumpa dengan pelajar-pelajar STOVIA lain di Jakarta, salah satunya Sutomo.
Setelah mendengar kampanye yang disampaikan oleh Wahidin, Sutomo berkeinginan untuk ikut serta karena memiliki misi yang sama, yaitu meraih cita-cita Kemerdekaan bangsa.
Sutomo lalu menyebarkan kampanye tersebut kepada kawan-kawannya di STOVIA.
Dari situlah, organisasi Budi Utomo terbentuk pada 20 Mei 1908.
Terbentuknya Budi Utomo menjadi awal dari Kebangkitan Nasional Indonesia.
Baca juga: Link Logo Hari Kebangkitan Nasional 2025, Mengenang Hari Lahir ke-117 Boedi Oetomo
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang dilaksanakan setiap tanggal 20 Mei merupakan momen bersejarah bagi bangsa Indonesia untuk mengenang lahirnya semangat kebangsaan dan persatuan dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Harkitnas ini menjadi refleksi atas tekad dan perjuangan kolektif rakyat Indonesia yang penuh keteguhan hati dalam melepaskan diri dari belenggu penjajahan serta menjadi tonggak awal kesadaran akan pentingnya persatuan sebagai dasar membangun masa depan bangsa.
Semangat pantang menyerah dari para pejuang pendahulu hendaknya menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa.
Jiwa ksatria dan semangat patriotisme yang telah diwariskan harus terus tumbuh, berkembang, dan berakar kuat di hati setiap anak bangsa.
Dengan semangat tersebut, kita bersama-sama mewujudkan mahakarya kemajuan Indonesia yang berdaulat, kuat, dan bermartabat.
Pedoman Peringatan Harkitnas ke-117 di sini.
(Tribunnews.com/Latifah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.