Senin, 29 September 2025

Indonesia di Pusaran Perang Era Baru, Saatnya Bentuk Dewan Keamanan Nasional

Ancaman tidak lagi hanya datang dalam bentuk invasi militer, namun telah meluas ke ranah digital, ekonomi, sosial, dan budaya

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
KEAMANAN NASIONAL - Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo menyatakan, keamanan nasional Indonesia kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Ancaman tidak lagi hanya datang dalam bentuk serangan konvensional atau invasi militer, namun telah meluas ke ranah digital, ekonomi, sosial, dan budaya 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Keamanan nasional Indonesia kini menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Ancaman tidak lagi hanya datang dalam bentuk serangan konvensional atau invasi militer, namun telah meluas ke ranah digital, ekonomi, sosial, dan budaya.

Ini adalah realitas yang mengharuskan Indonesia untuk segera membentuk Dewan Keamanan Nasional (DKN) sebagai lembaga koordinasi yang efektif dan terintegrasi.

Hal tersebut menjadi pembahasan utama dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh Aliansi Kebangsaan di Jakarta yang mengangkat tema Urgensi Pembentukan Dewan Keamanan Nasional. FGD ini bertujuan untuk menyatukan persepsi, membangun kewaspadaan kolektif, dan menyadarkan masyarakat akan ancaman yang kini menggerogoti pilar-pilar kedaulatan nasional.

Baca juga: Kajian Strategis Dinilai Penting untuk Hadapi Tantangan Intelijen & Keamanan Nasional di Era Digital

Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo menegaskan bahwa era perang generasi kelima (5G warfare) telah mengubah pola ancaman yang dihadapi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. 

“Kewaspadaan adalah harga sebuah kemerdekaan dan ingat ancaman terhadap Indonesia tidak hanya datang dalam bentuk serangan fisik, melainkan juga melalui berbagai jalur yang lebih halus namun merusak," kata Sutowo.

Di era kontemporer, dominasi dan agresi internasional tak lagi terjadi melalui invasi militer terbuka. Kini, perang banyak dilakukan melalui proxy war, infiltrasi informasi, hingga manipulasi algoritma di media sosial.

Ini yang disebut sebagai Accelerated Warfare—perang yang bergerak cepat dan multidimensi, memanfaatkan ruang digital dan media massa sebagai medan tempur utama.

Serangan kini bisa datang dalam bentuk hoaks, adu domba digital, hingga penyusupan ideologi asing yang mengancam stabilitas sosial.

"Di sinilah titik rawan kita. Tanpa sadar, bangsa ini sudah ‘menari dengan serigala’, sulit membedakan mana kawan mana lawan," katanya.

Indonesia dalam Pusaran Kekuatan Global

Letak geografis Indonesia yang strategis dan kekayaan sumber daya alamnya menjadikan negara ini sebagai pusat gravitasi kawasan Indo-Pasifik.

Baca juga: Komisi I DPR Respons Wacana Perubahan Dewan Ketahanan Nasional Jadi Dewan Keamanan Nasional

Namun, meski memiliki potensi besar, Indonesia masih terjebak dalam status negara berpendapatan menengah. Hal ini membuat Indonesia menjadi sasaran konspirasi global yang tidak ingin melihat negara ini kuat dan stabil, terutama di tengah persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan China.

Indonesia, yang kaya akan sumber daya alam seperti nikel, kini menjadi rebutan dua kekuatan besar dunia tersebut, terutama dalam industri baterai global.

"Kedua negara ini berlomba menguasai jalur pasok dunia, dan Indonesia berada di tengah tarik-menarik ini," ungkap Sutowo.

Ancaman terhadap keamanan Indonesia bukan hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam negeri, berupa ketidakmampuan sistem keamanan untuk merespons ancaman yang terus berkembang.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan