Wacana Pergantian Wapres
Pemakzulan Gibran, Pengamat Serang Silfester Matutina: Logika Anda Rusak, Ngerti Nggak?
Pengamat politik Yunarto Wijaya berdebat panas dengan Ketua Solidaritas Merah Putih Silfester Matutina mengenai usul pemakzulan Gibran.
TRIBUNNEWS.COM – Pengamat politik Yunarto Wijaya berdebat panas dengan Ketua Solidaritas Merah Putih Silfester Matutina.
Yunarto dan Silfester saling menyerang dalam acara Sapa Indonesia Malam di Kompas TV hari Rabu, (7/5/2025), yang membahas polemik usulan pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Sebelumnya, sejumlah purnawirawan TNI telah mengusulkan pemakzulan Gibran. Meski demikian, tidak semua purnawirawan mendukung usul itu.
Yunarto mengaku tidak setuju jika keputusan pemakzulan didasarkan pada tekanan politik, baik dari kalangan militer atau sipil.
“Mengapa keributan ini terjadi? Ini rentetan isu dari ‘matahari kembar’, isu mengenai cawe-cawe, isu bagaimana positioning Pak Jokowi.”
Yunarto mengatakan dilantiknya Gibran adalah sesuatu yang sah secara konstitusi meski secara majunya Gibran itu bermasalah dalam konteks etika demokrasi lantaran ada kontroversi yang menyertainya.
Di sisi lain, Silfester mengatakan siapa pun boleh berbicara dan mengkritik, termasuk mengusulkan pemakzulan Gibran. Namun, dia memperingatkan bahwa jangan sampai kritik itu digunakan untuk mengadu domba.
“Jangan sampai membuat kegaduhan. Kita sekarang sudah gaduh gara-gara para pensiunan jenderal yang menurut saya memberikan poin-poin yang tidak berdasarkan fakta-fakta hukum gitu, loh, konstitusi kita,” ujar Silfester.
Eks Wakil Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Gibran itu kemudian berkata para pensiunan ini lebih baik mengejar hal lain, misalnya Undang-Undang Perampasan Aset agar digolkan
Dia kemudian ditanya oleh pembawa acara mengenai kemungkinan adanya kegelisahan yang dirasakan.
Silfester menjawab, “Kegelisahan apa? Udahlah. Udah kalah pilpres, ya udah nanti bertarung lagi di 2029.”
Baca juga: Silfester Matutina Klaim Motif Purnawirawan yang Usul Gibran Dicopot karena Dendam: Pendukung Anies
Yunarto kemudian menyela ucapan Silfester. Pengamat itu mengatakan apa yang dikatakan Silfester tidak tepat.
Silfester kemudian menyebut Yunarto sebagai pendukung Ganjar Pranowo, eks calon presiden yang dikalahkan Prabowo.
Yunarto mengkritik logika yang digunakan oleh Silfester.
“Logika Anda rusak. Anda ngerti enggak logika Anda rusak,” kata Yunarto dengan nada agak keras.
“Anda uji argumentasi dari forum purnawirawan itu. Jangan lihat latar belakangnya.
Lalu, Silfester menyela sambil bertanya apakah usul pemakzulan itu ada manfaatnya untuk bangsa.
Yunarto kemudian merespons, “Masa yang boleh bersuara hanya 58 persen dari suara pendukung Prabowo-Gibran? Inilah logika yang membuat kegelisahan.”
Lalu, Silfester bertanya apakah Yunarto bersedia bertanggung jawab jika nantinya ada keributan.
Yunarto membalasnya dengan meminta Silfester agar tidak menggunakan logika argumentum ad hominem dalam berdebat.
“Bahwa ada yang punyak hak lebih untuk bersuara karena menang pilpres. Kita punya kesamaan dengan menolak argumentasi tersebut. Pemakzulan ini salah karena tidak cukup argumentasi. Tidak cukup fakta secara konstitusional. Kita sepakat tentang poin itu,” ucap Yunarto.
“Kita sepakat tentang poin itu, tetapi jangan batasi hak siapa pun, termasuk para purnawirawan ini hanya karena mereka dianggap kalah pilpres. Itu saja.”
Baca juga: Banyak Celah untuk Makzulkan Gibran, Refly Harun Ingin DPR Bentuk Panitia Angket
Lalu, Silfester kembali menyebut Yunarto sebagai anggota tim pendukung Ganjar.
Yunarto kemudian menyebut Silfester “tidak nyambung lagi”. Bahkan dia menyebut hal itu beberapa kali.
Pengamat itu meminta Silfester untuk melihat saja apakah argumentasi para purnawirawan mengenai usul pemakzulan Gibran itu kuat.
Suara purnawirawan terbelah
Sementara itu, suara purnawirawan TNI terbelah dalam hal usulan pemakzulan Gibran.
Kubu yang mengusulkan pencopotan Gibran melalui MPR tersebut adalah Forum Purnawirawan TNI.
Sejumlah purnawirawan jenderal yang ikut mendukung pernyataan sikap tersebut di antaranya Jenderal (Purn) TNI Fachrul Razi, Jenderal (Purn) TNI Tyasno Sudarto, Laksamana (Purn) TNI Slamet Soebijanto, Marsekal (Purn) TNIHanafie Asnan, hingga Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno.
Sementara itu, kubu yang muncul belakangan adalah PEPABRI, LVRI, PPAD, PPAL, PPAU, PP Polri, dan PERIP.
Mereka yang menyatakan sikap bersama-sama tersebut di antaranya menegaskan dukungan mereka pada program pemerintah sesuai Asta Cita.
Para purnawirawan jenderal yang hadir dalam pernyataan sikap tersebut di antaranya Laksamana (Purn) Siwi Sukma Adji, Marsekal (Purn) Yuyu Sutisna, Jenderal (Purn) Agum Gumelar, Jenderal (Purn) Wiranto, Letjen (Purn) H.B.L Mantiri, dan Jenderal Pol (Purn) Bambang Hendarso Danuri.
(Tribunnews/Febri)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.