Jumat, 3 Oktober 2025

Hari Raya Waisak

Makna dari Perayaan Hari Raya Waisak dalam Tradisi Budha, Lengkap dengan Sejarahnya

Perayaan Waisak adalah untuk memperingati lahirnya Buddha dan pencahayaannya, simak penjelasan mengenai makna dan sejarahnya berikut ini.

Surya/Purwanto
WAISAK - Sejumlah umat melakukan Puja Bakti menjelang perayaan detik-detik perayaan Tri Suci Waisak 2568 Buddhis Era (BE)/2024 di Vihara Dhammadipa Arama Kota Batu Malang, Jawa Timur, Kamis (23/5/2024). Berikut penjelasan mengenai makna dari perayaan Waisak. 

TRIBUNNEWS.COM - Hari Raya Waisak adalah perayaan suci yang diadakan oleh umat Buddha di seluruh dunia.

Tahun ini, Hari Raya Waisak 2569 BE jatuh pada Senin, 12 Mei 2025.

Perayaan ini tidak hanya menjadi momen penting bagi para pengikut ajaran Buddha, tetapi juga menyimpan makna mendalam bagi mereka yang menjalani ajarannya.

Apa Saja Makna Perayaan Waisak?

Kata "Waisak" berasal dari bahasa Sansekerta dan Pali, yaitu "Vaisakha" dan "Vesakha", yang merujuk pada nama bulan dalam kalender Buddhis.

Dalam kalender Masehi, Hari Raya Waisak biasanya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.

Baca juga: Sejarah dan Makna Perayaan Hari Raya Waisak, Memperingati 3 Peristiwa Penting

Merujuk pada Kementerian Agama, Hari Raya Waisak diperingati untuk mengenang tiga peristiwa penting dalam hidup Siddhartha Gautama, yaitu:

1. Lahirnya Pangeran Siddhartha: Pangeran Siddhartha dilahirkan di Taman Lumbini pada tahun 623 SM.

2. Penerangan Agung: Pada usia 35 tahun, Siddhartha mencapai pencerahan dan menjadi Buddha di Bodh Gaya pada tahun 588 SM.

3. Parinibbana: Buddha Gautama wafat di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 SM.

Karena peringatan akan tiga peristiwa ini, Hari Raya Waisak juga sering disebut sebagai Trisuci Waisak.

Bagaimana Sejarah Hari Raya Waisak Berkembang?

Pada awalnya, umat Buddha tidak mempercayai adanya Tuhan yang menciptakan dunia, melainkan mengikuti ajaran Siddhartha Gautama.

Siddhartha, yang lahir dari keluarga kaya di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Nepal pada abad ke-5 SM, menyadari bahwa kekayaan tidak menjamin kebahagiaan.

Melalui perjalanan spiritualnya sebagai seorang pencari, Siddhartha menghabiskan enam tahun belajar dan bermeditasi.

Dia akhirnya mencapai pencerahan, yang dikenal sebagai "Buddha", yang berarti "yang tercerahkan".

Setelah mencapai pencerahan, ia menghabiskan sisa hidupnya untuk mengajarkan pengalamannya kepada pengikutnya.

Sejak saat itu, Waisak dirayakan setiap tahun, dengan tanggal yang berubah setiap tahun mengikuti bulan purnama pertama pada bulan lunar kuno.

Umumnya, perayaan ini jatuh pada bulan Mei atau awal Juni.

Baca juga: Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Mei 2025: Ada May Day hingga Hari Raya Waisak

Di Indonesia, perayaan Hari Raya Waisak berpusat di Candi Borobudur, yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia.

Perayaan di Candi Borobudur biasanya dibagi menjadi tiga tahapan utama:

1. Prosesi Pengambilan Air Berkat: Dimulai dengan pengambilan air dari mata air Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor dari api abadi di Mrapen, Kabupaten Grobogan.

2. Ritual Pindapatta: Ritual ini adalah cara untuk memberikan kebajikan kepada umat dengan tujuan untuk mengumpulkan pahala.

3. Samadhi: Dilaksanakan menjelang puncak bulan purnama, di mana umat Buddha berkumpul untuk menyalakan lilin dan memasukkannya ke dalam lampion.

Pada saat puncak perayaan, lentera-lentera yang menyala dilepaskan ke angkasa.

Kegiatan ini dilakukan untuk memohon agar doa-doa umat Buddha segera terkabul.

Dengan pelaksanaan yang penuh makna ini, Hari Raya Waisak tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga kesempatan bagi umat Buddha untuk merefleksikan ajaran-ajaran mereka dan merenungkan makna kehidupan.

(Tribunnews.com/Oktavia WW)

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved