Pemain Sirkus dan Kehidupannya
Taman Safari Akui Merawat Balita pada 1997, Asal-usulnya dari OCI, Klaim Telah Disekolahkan
Pihak Taman Safari mengakui menerima penyerahan anak balita dari OCI, namun memastikan telah menyekolahkannya dan memberinya pekerjaan
TRIBUNNEWS.COM - Kasus dugaan eksploitasi dan kekerasan yang terjadi pada eks pemain Orientasi Sirkus Indonesia (OCI), semakin menyeruak.
Baru-baru ini, pihak Taman Safari yang diwakili Board Of Director Taman Safari Indonesia, Aswin Sumampau, mengakui adanya sejumlah balita yang dirawat di Taman Safari, Cisarua, Bogor.
Hal itu diungkapkannya saat datang dalam diskusi sebuah program Metro TV bersama Hotman Paris yang dikutip TribunnewsBogor.com, Kamis (24/4/2025).
"Anak-anak yang ada di OCI saya kurang mengerti, tapi di sekitar tahun 1997, ada beberapa anak balita yang akhirnya dirawat di Taman Safari, asal usulnya dari OCI sebelumnya," kata Aswin kepada Hotman Paris.
Menurutnya, anak-anak itu diserahkan oleh pihak OCI ke Taman Safari Indonesia.
Namun, Aswin membantah adanya penyiksaan yang dilakukan oleh pihak Taman Safari.
Ia memastikan kalau anak-anak itu tidak mengalami penyiksaan, bahkan diberikan pendidikan dan pekerjaan.
Hal itu disampaikan Aswin untuk menepis tuduhan anak-anak mendapatkan penyiksaan hingga tak memiliki kesempatan belajar.
"Lalu anak-anak itu bertumbuh besar dan kerja di Taman Safari, mereka sampai sekarang masih ada dan bisa diwawancara menjadi saksi hidup, apa yang mereka lalui, apa yang mereka alami."
"Sepertinya pada waktu 1997 itu pasang surut kan, jadi di situ dikatakan, anak-anak yang masih ada tolong diberikan edukasi," ujar Aswin.
Lalu para balita itu dirawat dan diberikan pendidikan oleh Taman Safari Indonesia hingga tumbuh dewasa dan bekerja di Taman Safari.
Baca juga: Komisi XIII DPR RI Desak Polri Buka Kembali Kasus Dugaan Perdagangan dan Eksploitasi Anak oleh OCI
"Mungkin pada waktu itu OCI pada tahun 1999 itu bubar, maka anak-anak itu disekolahkan di Cisarua, itu terpantau oleh Taman Safari. Mereka dirawat, disekolahkan, dan sekarang dipekerjakan," lanjut Aswin.
Pengakuan Para Korban
Pengakuan Aswin soal anak-anak balita dibawa ke Taman Safari, Cisarua, Bogor sama dengan apa yang disampaikan para korban.
Melalui kuasa hukumnya, Muhammad Soleh alias Cak Sholeh, eks pemain sirkus OCI mengatakan bahwa mereka sejak kecil berada di Taman Safari.
Mereka dibesarkan tanpa mengetahui siapa orang tua mereka.
Cak Sholeh mengatakan, ada sekitar 60 balita yang diambil oleh OCI mulai dari tahun 1970-an.
"Sebanyak 60 balita diambil dari orangtuanya mulai tahun 70-an, dijanjikan akan disekolahkan ke luar negeri, ternyata nggak, justru jadi pemain sirkus, tidak pernah digaji, tidak ada pendidikan."
"Itu diakui dan ada rekomendasi dari Komnas HAM," kata Cak Sholeh.
Kebohongan lain yang diungkap Cak Soleh adalah soal sosok yang mengambil para balita dari orang tuanya.
Adapun sosok tersebut yakni ketiga anak pendiri OCI yang kini melebur menjadi Taman Safari.
Merrka yakni Frans Manansang, Jansen Manansang, dan Tony Sumampau.
"Kemarin di Komisi III Jansen (salah satu anak pendiri OCI) mengatakan 'anak-anak ini diberikan oleh orangtuanya kepada bapak saya. Kontraknya seperti apa saya tidak tahu'."
"Faktanya kita bawa bukti adalah Lisa, Lisa yang ngambil Jansen Manangsang dengan istrinya. Lisa nangis-nangis pengen meluk mamanya, ditarik masuk mobil, dikunci, dibawa. Itu dilakukan bukan oleh Pak Hadi (pendiri OCI), tapi oleh Jansen Manansang," jelas Cak Sholeh.
Bukannya dirawat sebagai anak, mereka justru di pekerjakan sebagai pemain sirkus.
Salah seorang eks pemain OCI, Ida, juga mengaku sudah berada di OCI sejak sekitar usia lima tahun.
"Pertama kali gabung sirkus saya dianggap seperti anak, kurang lebih umur 5 tahun. Menurut cerita saya diserahkan dengan iming-iming akan dijadikan anak," kata Ida.
Namun, ia justru mendapatkan mengalami dan melihat perilaku penyiksaan dan kekerasan.
"Di sirkus saya latihan, dapat kekerasan juga pernah, misalnya dipukul, latihan keras juga memang."
"Kalau disetrum saya pernah lihat, tapi bukan saya. Kalau ada yang nakal biasanya suka nakutin pakai itu juga. Pemukulan ada biasa, kadang pakai tangan atau apa saja yang ada di situ," jelas Ida.
Hingga pada tahun 1989, Ida sempat mengalami kecelakaan dan mengakibatkan dirinya kini lumpuh.
OCI Bantah Ada Penyiksaan
Diketahui, kasus dugaan kekerasan dan eksploitasi OCI pernah dilaporkan tahun 1997.
Namun, Komnas HAM tak menemukan adanya penyiksaan dalam peristiwa ini.
Imam Nasef, juru bicara kuasa hukum OCI Hamdan Zoelva, mengatakan dalam pelaporan tahun 1997 ada empat poin indikasi pelanggaran yang disampaikan Komnas HAM.
Empat poin itu adalah soal asal-usul dan identitas anak, dugaan eksploitasi ekonomi terhadap anak, ketiadaan akses terhadap pendidikan umum yang layak, kurangnya perlindungan keamanan, dan jaminan sosial bagi anak-anak.
Imam menjelaskan laporan tersebut tidak menyebut adanya penyiksaan terhadap para pemain sirkus.
Oleh karena itu, hasil pemantauan Komnas HAM menyatakan tidak ditemukannya bukti valid terkait adanya dugaan penyiksaan.
“Dari empat ini kalau dilihat tidak ada indikasi adanya penyiksaan. Jadi tidak disitu Komnas HAM menyinggung soal penyiksaan. Artinya apa? Kalau itu memang benar terjadi pada saat itu tentu hasil pemantauan Komnas HAM bicara soal (pelanggaran HAM atau penyiksaan) itu pasti akan tertera. Nah, tapi tidak."
"Artinya apa? Kalau Komnas HAM tidak mencantumkan itu (pelanggaran HAM atau penyiksaan) berarti hasil pemantauan memang tidak menemukan bukti bukti valid terkait adanya dugaan penyiksaan. Jadi hanya empat indikasi ini yang ditemukan oleh Komnas HAM," kata Imam.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunnewsBogor.com dengan judul DICECAR Hotman Paris, Taman Safari Akui Ada Balita yang Diserahkan dari OCI, Siapa Orangtuanya?
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Alfarizy Ajie Fadhillah)(TribunnewsBogor.com/Vivi Febrianti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.