Senin, 29 September 2025

Setelah Gibran, Anies Baswedan Ikut Bicara Bonus Demografi: Ini Bukan Hadiah, tapi Ujian

Setelah disinggung Wapres RI Gibran, Anies Baswedan ikut menyampaikan pandangannya tentang bonus demografi yang akan didapatkan Indonesia.

Penulis: Rakli Almughni
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
BICARA BONUS DEMOGRAFI - Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 Anies Baswedan saat menghadiri sidang dakwaan terdakwa kasus dugaan korupsi impor gula di Kementerian Perdagangan Thomas Trikasih Lembong di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (6/3/2025). Setelah sempat disinggung Wapres RI Gibran Rakabuming Raka, kini Anies Baswedan ikut menyampaikan pandangannya tentang bonus demografi. 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan pandangannya tentang bonus demografi yang akan didapatkan oleh Indonesia.

Anies Baswedan mendiskusikan hal tersebut melalui akun X pribadi miliknya, @aniesbaswedan, pada Senin (21/4/2025).

Anies berujar, Indonesia memang sedang memasuki fase langka, yakni bonus demografi.

Menurut dia, ada tantangan besar di balik janji statistik dari bonus demografi.

"Utas ini bukan hendak menyiram air pada bara optimisme. Sebaliknya, ini adalah pengingat. Bahwa hanya bangsa yang menyadari ujian-ujian besarnya, yang akan mampu menata masa depannya. Janji kemerdekaan hanya bisa ditepati jika kita tahu jalan mana yang harus diluruskan," tulisnya, dikutip Tribunnews, Senin.

"Sering kita anggap bonus demografi sebagai berkah otomatis. Seolah hadirnya usia produktif berarti kesejahteraan akan datang dengan sendirinya. Tapi usia produktif tak selalu berarti produktivitas. Yang terlihat adalah angka, yang tersembunyi adalah kelelahan kolektif," lanjutnya.

Mantan calon presiden RI itu mengatakan, saat ini anak muda hidup dalam tekanan berlapis, harus sukses cepat, menopang keluarga, mengatasi ketidakpastian kerja, dan membangun masa depan di tengah ruang hidup yang makin mahal.

"Anak muda disebut penopang kemajuan, tapi siapa yang menopang mereka? Di balik label produktif, tumbuh fenomena senyap tekanan psikis, gangguan mental, dan rasa hampa. Dunia kerja menuntut kecepatan, tapi lupa menyediakan ruang untuk bernapas," ujarnya.

Dengan melihat hal tersebut, Anies menilai, hal ini bukanlah sebuah bonus, melainkan beban.

"Lalu, di antara generasi ini dan sebelumnya, tumbuh jurang aspirasi. Yang muda bicara kolaborasi, keterbukaan, dan lompatan. Yang tua bicara kehati-hatian dan stabilitas."

"Tapi ruang pengambil keputusan masih didominasi kultur lama yang lamban, eksklusif, dan hierarkis.Ketika ide-ide segar dan aspirasi terhenti di meja birokrasi, bukan hanya gagasan yang mati, tapi juga semangat untuk percaya," terangnya.

Baca juga: Monolog Gibran Bahas Bonus Demografi dan Film Jumbo Peroleh Dislike 27 Ribu, Like Hanya 2.400

Bonus ini, lanjut Anies, bisa berubah menjadi jurang yang memisahkan cara pandang. Jika tak dijembatani, lanjut dia, maka sinisme terhadap institusi bisa muncul.

Menurut Anies, ada kenyataan tersembunyi yang lebih pahit di balik narasi 'anak muda pekerja keras.'

Kata dia, para anak muda itu bertahan hidup, bukan bertumbuh, dan mereka sibuk, tetapi juga tak selalu sejahtera.

Anies berpandangan, jika sistem tetap diam, maka yang muncul adalah generasi pekerja yang kelelahan dalam senyap.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan