Kamis, 2 Oktober 2025

Koalisi Masyarakat Sipil Soroti Dugaan Intervensi TNI di Dunia Kampus

Koalisi Masyarakat Sipil soroti dugaan intervensi TNI di sejumlah kampus, dinilai bentuk intervensi militer ke ranah sipil.

Penulis: Chaerul Umam
Grid.id
DUGAAN INTERVENSI TNI - Ilustrasi anggota TNI. Koalisi Masyarakat Sipil soroti dugaan intervensi TNI di sejumlah kampus, dinilai bentuk intervensi militer ke ranah sipil. Kehadiran anggota TNI di ruang-ruang akademik merupakan tindakan yang melampaui batas dan sangat meresahkan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koalisi Masyarakat Sipil menyoroti dugaan intervensi aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI), dalam kegiatan akademik di sejumlah perguruan tinggi, yang dinilai sebagai bentuk intervensi militer ke dalam ranah sipil. 

Tindakan ini dinilai mengancam demokrasi, bertentangan dengan konstitusi, dan menghidupkan kembali praktik dwifungsi TNI.

Kecaman ini muncul setelah kehadiran aparat TNI berseragam dalam kegiatan konsolidasi nasional mahasiswa yang digelar di Universitas Indonesia (UI) pada 16 April 2025.

Serta sebelumnya dalam kegiatan mahasiswa di UIN Walisongo, Semarang, pada 14 April 2025.

“Kehadiran anggota TNI di ruang-ruang akademik merupakan tindakan yang melampaui batas dan sangat meresahkan,” kata Direktur Imparsial Ardi Manto Adiputra, dalam keterangannya Senin (21/4/2025).

“Ini adalah bentuk intimidasi yang nyata terhadap kebebasan berekspresi dan berkumpul, yang seharusnya dijamin dalam negara demokratis," imbuhnya.

Baca juga: Respons Kejadian di UIN Walisongo Semarang, Legislator PKB Minta Kebebasan Akademik Harus Dihormati

Koalisi menyoroti bahwa kehadiran TNI dalam kegiatan sipil bukan hanya melanggar prinsip demokrasi, tapi juga bertentangan langsung dengan Undang-Undang TNI

Terlebih, hal ini terjadi di tengah polemik revisi UU TNI yang dianggap membuka celah lebih luas bagi militer untuk masuk ke wilayah sipil.

“Pasal 7 ayat (2) dalam UU TNI yang baru justru menanggalkan mekanisme keputusan politik negara dalam pelaksanaan Operasi Militer Selain Perang (OMSP),” kata Ardi.

“Hal ini menciptakan anomali hukum dan membuka ruang penyalahgunaan wewenang oleh militer," lanjutnya.

Koalisi juga menagih komitmen DPR untuk mengawasi implementasi UU TNI dan mendesak pemerintah agar menegakkan supremasi sipil di atas militer. 

“Kami mendesak DPR RI segera mengevaluasi tindakan TNI dan meminta pertanggungjawaban Presiden serta Panglima TNI atas tindakan yang telah menciderai profesionalisme militer,” tegas Ardi.

Lebih lanjut, Koalisi menekankan pentingnya menjaga netralitas institusi militer dalam kehidupan sipil, termasuk dunia akademik. 

Mereka juga meminta Menteri Pertahanan dan Panglima TNI untuk memberi arahan tegas kepada seluruh jajaran TNI agar fokus pada tugas pokok pertahanan negara, dan tidak mencampuri kegiatan sipil, terutama yang bersifat akademis.

“Intervensi militer di ruang sipil merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak sipil warga negara, termasuk hak berkumpul, berorganisasi, dan berekspresi,” pungkas Ardi.

Koalisi Masyarakat Sipil pun mengajak seluruh elemen masyarakat, akademisi, dan mahasiswa untuk bersama-sama mengawal demokrasi dan menjaga kampus sebagai ruang aman bagi kebebasan berpikir dan berdiskusi.

Baca juga: Amnesty International Soroti Diskusi Mahasiswa UIN Walisongo Semarang yang Didatangi Pria Berseragam

Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Brigjen Kristomei Sianturi menanggapi pemberitaan terkait pria berseragam TNI yang mendatangi diskusi Kelompok Studi Mahasiswa Walisongo (KSMW) bersama Forum Teori dan Praksis Sosial (FTPS) di samping Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo pada Senin (14/4/2025).

Kristomei mengatakan kehadiran Sertu Rokiman yang merupakan Babinsa Koramil Ngaliyan Kelurahan Tambak Aji hanya semata-mata dalam rangka menjalankan tugas rutin sebagai aparat teritorial untuk memonitor setiap kejadian yang ada di wilayah tanggung jawabnya. 

Menurutnya kehadiran Sertu Rokiman pun hanya di area depan kampus dan tidak masuk ke dalam lokasi acara diskusi.

Kedatangan Sertu Rokiman, kata Kristomei, karena sebelumnya beredar pamflet undangan diskusi yang bersifat terbuka untuk umum. 

Sehingga, lanjut dia, Sertu Rokiman, berusaha mencari tahu tentang kegiatan itu sebagai bagian dari tugas Babinsa dalam memonitor apa yang terjadi di wilayah tanggung jawabnya di antaranya kedukaan, bencana alam, kericuhan, perkelahian, dan lain lain.

Ia menegaskan tidak ada intervensi atau upaya dalam bentuk apa pun untuk menghentikan atau mempengaruhi kegiatan diskusi dan menegaskan Sertu Rokiman sama sekali tidak masuk ke area forum diskusi, melainkan tetap berada di luar kampus.

Baca juga: PSI Buka Suara Sejumlah Purnawirawan Jenderal TNI Minta Pergantian Wakil Presiden

Selain itu, ungkap dia, Sertu Rokiman juga tidak pernah memanggil mahasiswa keluar kampus untuk menemuinya. 

Sertu Rokiman, kata Kristomei, hanya berkomunikasi dengan petugas keamanan.

"Terkait dengan keberadaan seseorang yang disebut-sebut sebagai intelijen dalam video yang beredar, TNI memastikan bahwa individu tersebut bukanlah anggota TNI," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews.com pada Rabu (16/4/2025).

"TNI sangat menghormati kebebasan akademik di lingkungan pendidikan dan tidak memiliki kepentingan untuk mencampuri urusan internal kampus," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved