Dokter PPDS Rudapaksa Anak Pasien
Atalia Soroti Faktor Relasi Kuasa di Berbagai Kasus Kekerasan Seksual
Atalia Praratya menyoroti kasus tindak pidana kekerasan yang terjadi di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, termasuk di RSHS Bandung.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
“Beberapa saksi dari pihak rumah sakit, sejak awal kasus ini berjalan, sudah kami lakukan pemeriksaan.”
“Manakala memang nanti dibutuhkan pemeriksaan kembali terhadap para saksi tersebut ataupun ada saksi baru dari pihak rumah sakit, tentunya kami akan lakukan pemeriksaan,” terang Aszhari.
RS Hasan Sadikin Dinilai Tak Bisa Lepas Tangan
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan pihak RSHS tidak bisa lepas tangan dalam kasus rudapaksa yang dilakukan Priguna sekalipun dokter tersebut adalah mahasiswa titipan dari PPDS Jurusan Anestesi Universitas Padjadjaran (Unpad).
Menurut Reza, tindakan kejahatan itu dilakukan di rumah sakit dan dengan fasilitas rumah sakit.
Karena itu, pihak rumah sakit harus bertanggung jawab dalam kasus rudapaksa ini.
"TKP-nya di rumah sakit, instrumen yang dipakai dugaan saya adalah obat bius dari rumah sakit juga. Oknum pelakunya ternyata juga sedang bekerja di RS."
Baca juga: STR dan SIP Dicabut Priguna Anugerah Tidak Bisa Buka Praktik Dokter Seumur Hidup
"Tidak ada alasan bagi kemudian otoritas RS untuk lepas tangan," tegas Reza dalam sebuah wawancara televisi yang tayang pada Jumat (11/4/2025) dikutip dari Tribun Jakarta.
Terlebih, masyarakat memiliki asumsi bahwa rumah sakit dan dokter menjadi tempat pasien merasa aman dan nyaman dalam menjalani penyembuhan.
Namun, yang terjadi justru rumah sakit menjadi tempat pelaku melakukan aksi kejahatan.
"Tapi ternyata (tempat aman dan nyaman untuk penyembuhan itu) terpatahkan dalam peristiwa (kekerasan seksual) yang satu ini," tambah Reza.
Baca juga: 2 Korban Lain Dokter PPDS Priguna Sudah Diperiksa, Ternyata Pasien RSHS, Pelaku Pakai Modus Serupa
Reza awalnya mengaku kaget dengan kasus yang mencuat ke publik ini.
Menurutnya, tindakan ini tergolong kejahatan yang serius dan bisa dikatakan tragedi yang sempurna.
"Saya awalnya bereaksi kaget dan takut membayangkan ada perkosaan dilakukan oknum dokter di rumah sakit."
"Sempurna sudah, individunya rusak dan organisasinya pun seakan-akan rusak. Dua ini perpaduan sempurna," ujar Reza.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Faryyanida Putwiliani/Galuh Widya Wardani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.