Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Kebijakan Tarif Trump Guncang Pasar Global, Rupiah dan IHSG Masih Tunjukkan Resiliensi
Dari sisi nilai tukar, data yang diolah Kemenkeu menunjukkan rupiah hanya melemah 0,8 persen terhadap dolar AS dalam periode 2 hingga 8 April 2025.
Penulis:
Reynas Abdila
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Kebijakan Tarif Trump Guncang Pasar Global, Rupiah dan IHSG Dinilai Masih Tunjukkan Resiliensi
Reynas Abdila/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terbukti menjadi pusat guncangan pasar global.
Dalam langkah agresifnya, AS menaikkan tarif impor terhadap produk-produk utama dari Tiongkokmemicu aksi balasan dari Beijing.
Efek domino langsung terasa di pasar keuangan global investor global buru-buru melepas aset berisiko dan memindahkan portofolionya ke safe haven assets seperti dolar AS, emas, dan obligasi negara-negara maju.
Baca juga: Tarif Trump Berisiko Sebabkan Inflasi dan Resesi Ekonomi AS Sendiri
Namun di tengah kepanikan ini, Indonesia justru dinilai cenderung menunjukkan resiliensi (kemampuan untuk beradaptasi dan teguh dalam situasi sulit) dibandingkan banyak negara lain.
Dari sisi nilai tukar, data Bloomberg yang diolah Kemenkeu menunjukkan rupiah hanya melemah 0,8 persen terhadap dolar AS dalam periode 2 hingga 8 April 2025.
Ini tergolong stabil jika dibandingkan dengan negara lain seperti Brasil (-4,5 persen), Meksiko (-2,2%), atau bahkan Euro dan Yen yang masing-masing turun lebih dari 1%.
Pasar valuta asing tidak terlalu panik terhadap kondisi di Indonesia, bahkan ketika pengumuman kebijakan tarif itu bertepatan dengan masa libur Lebaran di dalam negeri.
"Nilai tukar rupiah relatif stabil meski ada pelemahan, tetapi dibandingkan negara lain seperti Jepang, kita masih lebih baik," klaim Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Demikian pula Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup tajam, yaitu -7,8 persen selama periode yang sama.
Namun jika dilihat secara global, koreksi ini masih lebih baik dibandingkan Argentina (-14,0 persen), Vietnam (-13,8 persen), atau bahkan indeks Italia dan Jerman yang masing-masing turun lebih dari -10 persen.
"Investor portfolio merespons negatif kebijakan RRT. Kita semuanya hari ini adalah hari pertama pembukaan bursa dan kita sudah melihat Indonesia tadi sesi yang kedua di bawah 8%," sebut Sri Mulyani.
Artinya, pasar saham Indonesia masih mampu menahan tekanan eksternal lebih baik dari banyak negara lain, bahkan negara-negara maju.
Meskipun IHSG terkoreksi dan rupiah melemah, pasar obligasi yang tetap diminati menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia dinilai cukup kuat oleh investor global.
Cadangan devisa yang tinggi, inflasi yang terkendali, serta prospek pertumbuhan yang stabil menjadi bantalan penting di tengah ketidakpastian global.
"Saya akui memang jauh lebih baik, sebab market merespon positif resiliensi perekonomian Indonesia," kata Analis Mirae Asset, Nafan Aji Gusta Utama dalam keterangannya, Kamis (10/4/2025).
Namun, ke depan, pemerintah dan pelaku pasar tetap perlu waspada terhadap risiko lanjutan dari tensi dagang global ini.
Koordinasi antara kebijakan fiskal, moneter, dan stabilitas pasar keuangan menjadi kunci menjaga kepercayaan investor di tengah guncangan eksternal.
Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Trump Merasa 'Ditampar' saat India, Rusia, dan China Lakukan Pertemuan, Langsung Beri Peringatan |
---|
Trump Tolak Tawaran Manis India: Tarif Nol Persen Tak Lagi Berarti, Sudah Terlambat! |
---|
Industri Otomotif Kehilangan 51.500 Lapangan Kerja Akibat Tekanan Tarif Dagang |
---|
Trump Murka, Siap Gugat ke Mahkamah Agung Usai Tarif Dagang Andalannya Dinyatakan Ilegal |
---|
Acuhkan Ancaman Tarif Trump, India Tingkatkan Ekspor Minyak dari Rusia |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.