Kisah Pilu Salman Terkungkung Online Scam di Kamboja: Disiksa, Tak Digaji, Target Korban Indonesia
Di ruang tunggu Terminal 2F Bandara Soetta, Salman duduk termenung, sesekali menunduk dan berbincang dengan rekan-rekannya.
“Di Kamboja saya tidak pernah dapet gaji,” ungkapnya mengenang dua bulan penuh penderitaan.
Setelah perusahaan di Kamboja tutup, ia dipindahkan ke Myawaddy, Myanmar, pada Juli 2024.
Di sana, meski menerima gaji, ia harus memenuhi target yang sangat berat: menipu orang hingga mencapai 4.000 dolar AS (sekitar Rp 66 juta) setiap bulan. Jika gagal, siksaan fisik menjadi hukuman yang tak terelakkan.
“Saya ditarik sama perusahaan untuk kerja lagi di Myanmar. Sesudah sampai di Myanmar itu saya banyak kena perlakuan fisik,” ujarnya.
Di Myanmar, Salman mendapatkan fee sebesar 25 ribu Baht (sekitar Rp 12 juta), namun uang itu harus dihabiskan di negara tersebut dan tidak boleh dikirim ke Indonesia.
“Harus dihabiskan untuk di situ saja,” ungkapnya.
Dia pun mengaku tidak bisa berbuat banyak dan harus menjalani pekerjaan itu di Kamboja dan Myanmar.
Sebab, perusahaan menaruh denda besar bagi pekerja yang ingin pulang atau kembali ke Indonesia.
“Sistem tidak ada dipaksa, tetapi kalau mau pulang diminta perusahaan harus membayarkan denda. Saya tidak memiliki uang, jadi saya tidak bisa pulang,” ungkapnya.
“Denda kemarin yang waktu di Kemboja itu diminta Rp 80 juta untuk membayar denda supaya bisa pulang,” tandasnya.

Kisah pilu Salman adalah salah satu contoh nyata dari praktek scam online yang menjerat banyak korban. Meskipun tanpa kekerasan fisik yang berat, ia harus menanggung penderitaan emosional dan finansial yang luar biasa.
Kini, setelah diselamatkan dan kembali ke Indonesia, Salman berharap pengalaman pahit ini menjadi pelajaran bagi banyak orang, terutama generasi muda, untuk lebih berhati-hati dengan tawaran pekerjaan yang terlalu menggiurkan.
Baca juga: Di Hadapan Ribuan Karyawan, Tangis Iwan Kurniawan Lukminto Pecah: Kami Berduka. Sritex Berduka
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kamboja dan Myanmar sering kali disebut sebagai pusat aktivitas penipuan online, khususnya terkait dengan scam yang melibatkan pekerja yang dipaksa bekerja di bawah ancaman kekerasan dan eksploitasi.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.