Kamis, 2 Oktober 2025

Undang Wakil Ketua Komisi I DPR, Unhan Bahas Kerja Sama Pertahanan RI-China

Beijing juga sangat mungkin berupaya dan berharap agar terjadi ketergantungan Indonesia terhadap alutsista dari China

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
ISTIMEWA
Wakil Ketua Komisi I DPR Dr. Dave A. F. Laksono. Dia memaparkan tentang berbagai aspek terkait kerja sama pertahanan Indonesia-China di seminar publik “Jatuh Bangun Hubungan Pertahanan dan Keamanan Indonesia-China,” yang diselenggarakan Prodi Keamanan Maritim Universitas Pertahanan RI, Forum Sinologi Indonesia (FSI), dan Indonesian Maritime Initiative di Jakarta, 26 Februari 2025   

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia diimbau untuk menjaga keseimbangan dalam diplomasi pertahanan baik dengan Republik Rakyat China maupun dengan pihak-pihak lain, termasuk dengan negara-negara Barat.

Hubungan baik dalam aspek pertahanan dengan China agar dilaksanakan secara hati-hati tanpa mengorbankan kemitraan strategis dengan negara lain. 

Pandangan di atas jadi bahasan seminar publik Prodi Keamanan Maritim Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) berjudul “Jatuh Bangun Hubungan Pertahanan dan Keamanan Indonesia-China" di Jakarta, 26 Februari 2025. 

Kegiatan ini didukung penuh Forum Sinologi Indonesia (FSI), dan Indonesian Maritime Initiative (Indomasive),

Diskusi yang dimoderatori oleh Direktur Penelitian Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI) Indonesia, Aisha Rasyidila Kusumasomantri, M.Sc tersebut dibuka oleh Ketua Prodi KM Unhan RI, Kolonel Laut (E) Dr. Lukman Yudho Prakoso., S.IP., M.AP., CIQaR, yang mewakili Dekan Fakultas Keamanan Nasional UnHan RI, Mayor Jenderal TNI Dr. Rachmat Setiawibawa, S.I.P., M.M., M.Tr (Han). 

Ketua FSI yang juga Dosen Pascasarjana Universitas Pelita Harapan Johanes Herlijanto menyampaikan pandangan bahwa Indonesia perlu mempelajari maksud China dalam menjalin hubungan pertahanan dengan Indonesia. 

Baca juga: Detik-detik WNA Asal China Lompat dari Lantai 2 Hotel di Tuban, Sebelumnya Terlibat Pertengkaran

“Sangat mungkin Beijing berupaya menggunakan peningkatan kerja sama untuk membuat pihak militer Indonesia lebih lunak ketika China melakukan aksi sepihak, yaitu berusaha untuk menegakan klaim kewilayahan mereka di kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di perairan dekat Kepulauan Natuna,” tutur Johanes. 

Menurutnya, Beijing juga sangat mungkin berupaya dan berharap agar terjadi ketergantungan Indonesia terhadap alutsista dari China. 

Selain itu, patut pula untuk dipertimbangkan kemungkinan pihak-pihak lain, termasuk negara-negara Barat, memiliki kekhawatiran bahwa China berupaya memperoleh informasi lebih banyak tentang militer mereka melalui kerja sama China dengan Indonesia, mengingat Indonesia sudah lebih dahulu membangun kerja sama dengan pihak-pihak lain tersebut. 

Menurutnya, kekhawatiran ini berpotensi memicu keengganan pihak-pihak di luar China untuk meningkatkan kerja sama militer mereka dengan Indonesia. 

Namun demikian, Indonesia justru bisa menggunakan kerja sama pertahanan Indonesia-China untuk kepentingan Indonesia.

Misalnya, forum kerja sama pertahanan ini digunakan untuk menyampaikan protes atau keberatan terhadap tindakan China yang sering bermanuver di Laut Natuna Utara. 

Bisa juga kita mensyaratkan  agar China berhenti menimbulkan gangguan di Laut Natuna Utara bila China berminat melanjutkan atau meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Indonesia.

Salah satu pembicara Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Dr. Dave A. F. Laksono memaparkan bahwa kerja sama pertahanan masih menjadi aspek paling lemah dalam hubungan bilateral Indonesia-China. 

“Indonesia memang menyambut baik kerja sama dalam bidang-bidang seperti pendidikan, kesehatan, atau pembangunan infastruktur, tetapi menjadi berbeda ketika menyangkut isu pertahanan,” ungkapnya. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved