Selasa, 30 September 2025

Stafsus Menko AHY Jelaskan Pentingnya Proyek GSW untuk Masyarakat di Pesisir

Program GSW ini adalah bagian dari National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang bertujuan untuk mengatasi berbagai masalah pesisir,

Penulis: Reza Deni
Tribunnews.com/Jeprima
BANJIR ROB - Warga beraktivitas di tengah banjir rob di dermaga pelabuhan kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Jumat (01/01/2020). Staf Khusus Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Herzaky Mahendra Putra, menyebut Giant Sea Wall (GSW) diperlukan bukan hanya proyek infrastruktur untuk mencegah banjir rob dan abrasi, tetapi langkah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.  

"Ya pasti kita mendukung. Kita akan mengawal agar benar-benar bermanfaat untuk masyarakat. Bukan malah merugikan. Dan, harus sesuai prosedur," ungkap Fadli. 

Dengan terbangunnya Giant Sea Wall ini, diharapkan Fadli, tidak ada lagi banjir rob dan abrasi yang selama ini dikhawatirkan warga pesisir, sehingga nelayan dan petambak ikan yang tinggal di pesisir, bisa meningkatkan pendapatannya. 

"Kalau ada Giant Sea Wall nanti, jangan ada lagi banjir rob atau abrasi. Sehingga masyarakat tidak terganggu dalam mencari nafkah. Jangan pula mengganggu kapal-kapal," imbuhnya. 

Jika mencermati berbagai data abrasi di pesisir utara Pulau Jawa, hasilnya sangat memprihatinkan.

Misalnya, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada 2015, menyebut 400 kilometer garis pantai di Indonesia menghilang gara-gara abrasi. 

Alhasil, total panjang garis pantai yang 745 kilometer itu menghilang 44 persen. Termasuk di pesisir Tangerang, seluas 579 hektare (ha) lahan raib sepanjang 1995-2015.

Maket proyek giant sea wall di pesisir utara Jakarta
Maket proyek giant sea wall di pesisir utara Jakarta (ISTIMEWA)

Berdasarkan jurnal dari Departemen Geografi Universitas Indonesia (UI) bertajuk “Monitoring Perubahan Garis Pantai untuk Evaluasi Rencana Tata Ruang dan Penanggulangan Bencana di Kabupaten Tangerang', menunjukkan hampir seluruh desa di pesisir Kabupaten Tangerang, mengalami abrasi ataupun akresi besar-besaran dalam 10 tahun terakhir. 

Baca juga: Ada Apa di Balik PSN  PIK 2?

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyatakan, laju abrasi pantai mengalami kenaikan cukup signifikan hingga 200 m sampai 500 m dalam 10 tahun terakhir. 

“Terlihat daerah-daerah yang mangrove-nya tidak terjaga, sangat riskan tergerus (abrasi) dalam luasan yang cukup signifikan,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (28/1/2025).

Pergeseran ini, tentu saja, membuat masyarakat was-was. Apalagi BMKG sempat mengeluarkan pengumuman potensi bencana banjir rob di pesisir pantai utara Pulau Jawa.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan