Senin, 6 Oktober 2025

Lukisan Bunda Maria Berkebaya dari Megawati untuk Paus Fransiskus Karya Pelukis Yogya, Ini Maknanya

Lukisan Bunda Maria dari Megawati untuk hadiah Paus Fransiskus merupakan karya pelukis Yogyakarta bernama Fransiskus Sigit Santoso. Ini maknanya.

Dokumentasi PDIP Untuk Tribun
MEGAWATI BERTEMU PAUS- Presiden Kelima RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Pemimpin Umat Katolik Dunia Paus Fransiskus di Istana Apostolik, Vatikan, Jumat (7/2/2025) sore, waktu setempat. Dalam kesempatan itu, Megawati menyerahkan sebuah lukisan Bunda Maria yang dipigura dengan tinggi 176 cm dan lebar 120 cm kepada Paus Fransiskus. Lukisan Bunda Maria dari Megawati untuk hadiah Paus Fransiskus merupakan karya dari pelukis Yogyakarta bernama Fransiskus Sigit Santoso. Ini maknanya.(Dokumentasi PDIP Untuk Tribun) 

"Lukisan itu merupakan ekspresi keimanan terhadap Bunda Maria secara kontekstual bahwa Bunda Maria yang diimani adalah sosok yang sangat dekat dan dikenal dengan pelukisnya dengan menggambarkan perempuan berkebaya," jelasnya.

Guntur juga menjelaskan penggambaran Bunda Maria seperti dalam lukisan karya Sigit tersebut bukan hal baru.

Dia mencontohkan adanya lukisan Bunda Maria berkulit hitam yang terpasang di sebuah gereja di Spanyol.

"Penggambaran secara kontekstual ini tidak asing, misalnya ada Bunda Maria dan Yesus Kristus berkulit hitam yang dikenal dengan Black Madonna di Gereja Montesserat Spanyol atau di wilayah-wilayah lain," jelasnya.

Lebih lanjut, ketika ditanya apakah ada permintaan khusus dari Megawati kepada pelukis, Guntur mengaku tidak tahu.

"Saya kurang tahu kalau ada permintaan khusus dari ibu. Tahunya yang diminta dari pelukisnya penjelasan di atas yaitu Bunda Maria yang kontekstual," jelasnya.

Profil Fransiskus Sigit Santoso

Dikutip dari ivaa-online.org, Fransiskus Sigit Santoso merupakan pelukis kelahiran Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1964.

Dia merupakan lulusan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada tahun 1993.

Adapun lukisan Sigit pertama kali dipamerkan pada tahun 2001 di Jakarta dan Singapura.

Sigit memulai menggelar pameran tunggal pada tahun 2003 dengan judul 'Pain Think' di Edwin's Gallery, Jakarta.

Selanjutnya, dia kerap menggelar pameran tunggal seperti 'Paradoks Batas' di Edwin's Gallery pada tahun 2005 serta' Jejak Sapuan Seorang Guru' di Bentara Budaya Jakarta tahun 2015.

Sigit pun beberapa kali menerima penghargaan seperti Karya Terbaik Dies Natalis ISI Yogyakarta pada tahun 1990, Karya Terbaik Festival Mahasiswa se-Indonesia pada tahun 1992, hingga finalis 'The 2007 Sovereign Asian Art Priza' yang digelar di Hong Kong.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved