Minggu, 5 Oktober 2025

Tak Terima Valyano Boni Dipecat dari SPN Polda Jabar karena Diduga NPD, Ibu: Saya Pernah Kirim Surat

Ibu Valyano Boni Raphael tak terima anaknya dipecat dari SPN Polda Jabar dan disebut mengidap NPD.

Tangkap layar YouTube/TV Parlemen
SISWA SPN DIPECAT - Ibu Valyano Boni Raphael, Veronica Putri Amalia (kiri), menyampaikan keberatannya perihal sang anak disebut mengidap NPD dan berujung dipecat dari SPN Polda Jabar. Hal ini disampaikan Veronica saat RDP bersama Komisi III DPR RI, Kamis (6/2/2025). Diketahui, Polda Jabar mengatakan Valyano Boni Raphael (kanan) diduga mengidap NPD. 

Belakangan, ujar Veronica, baru diketahui, hasil pemeriksaan psikologi Boni di RSJ Provinsi Jawa Barat dan RS Muhammadiyah, hasilnya sehat.

"Di mana kami mengetahui bahwa hasilnya adalah sehat," pungkas Veronica.

Polda Jabar: Boni Idap NPD

Soal Valyano Boni Raphael diduga mengidap NPD, telah disampaikan Bagian Psikologi SDM Polda Jabar, Ipda Ferren Azzahra Putri.

Dalam RDP bersama Komisi III DPR RI, Ferren membeberkan sejumlah perilaku Boni yang menjurus ke NPD.

Pertama, Ferren mengatakan Boni berteriak 'Brimob' saat berlari bersama siswa SPN Polda Jabar.

Baca juga: Profil Valyano Boni, Bintara di SPN Polda Jabar yang Dipecat Jelang Pelantikan, Disebut Idap NPD

"Contoh, anak kami dinyatakan NPD adalah saat lari bersama siswa, anak kami bersorak 'Brimob' dan itu dianggap oleh Bakpesi Polda Jabar (sebagai perilaku) NPD," jelas Ferren, Kamis (6/2/2025).

Contoh selanjutnya adalah, saat Boni meminta fasilitas kesehatan yang tak sesuai aturan SPN Polda Jabar.

Menurut Ferren, Boni meminta dirawat di RS Siloam saat akan menjalani operasi impaksi gigi.

"Merasa memiliki hak lebih. Kami dapat data dari SPN, Yang Bersangkutan tidak ingin dirawat di rumah sakit Polri saat impaksi gigi."

"(Boni) ingin dirawat di Siloam, ingin mendapat fasilitas terbaik," urainya.

Selain NPD, Boni juga disebutkan melakukan eksploitasi interpersonal terhadap rekannya.

Pada suatu kesempatan, Boni dikatakan pernah meminta kepada rekannya, agar ia dipukul menggunakan sapu lidi.

Alasannya, Boni ingin menunjukkan kepada orang tua, ia menjadi korban pemukulan.

"Dengan maksud seolah dipukuli pengasuh. Karena dilakukan pemeriksaan tidak terbukti adanya pemukulan dan penculikan tersebut, Propam kami sudah melaksanakan pemeriksaan," kata Ferren.

Belum selesai melanjutkan pernyataannya, omongan Ferren lantas dipotong oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved