Pagar Laut 30 Km di Tangerang
Kades Kohod Arsin bin Asip Punya Mobil Civic Harga Rp340 Juta, tapi Nunggak Bayar Pajak 4,5 Tahun
Kades Kohod Arsin tiba-tiba hilang. Mobil Civic miliknya hanya ditinggal di rumahnya. Namun, ternyata mobil tersebut telat membayar pajak 4,5 tahun.
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Desa (Kades) Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Arsin bin Asip, tiba-tiba tidak diketahui keberadaannya setelah menjadi sorotan usai berdebat dengan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, soal pagar laut yang terbentang sepanjang 30,16 kilometer di Tanjung Pasir.
Dikutip dari Kompas.com, warga sekitar juga menyebut Arsin tidak terlihat di kantor desa.
Senada, rumah Arsin yang hanya berjarak satu kilometer dari kantor desa juga tampak kosong.
Rumahnya yang berlantai dua tampak paling mencolok dibanding kediaman warga sekitar.
Di sisi lain, Arsin ternyata memiliki mobil merek Honda Civic Vtec berwarna putih keluaran tahun 2019 dengan nomor pelat B 412 SIN yang ketika digabungkan menjadi namanya, yaitu "ARSIN".
Adapun mobil tersebut terparkir di garasi samping rumahnya yang memiliki luas sekitar 6x6 meter persegi.
Jika merujuk pada beberapa situs jual beli mobil, harga mobil Honda Civic Vtec keluaran tahun 2019 memiliki rentang harga Rp329-340 juta.
Nunggak Bayar Pajak 4,5 Tahun, Denda Rp42 Juta
Sementara, berdasarkan penelusuran Tribunnews.com di situs Informasi Pajak Kendaraan Provinsi Banten, mobil Arsin memang bermerek Honda Civic keluaran tahun 2019 berwarna putih dengan kapasitas mesin sebesar 1498cc.
Baca juga: Warga Kohod Geram, Kades Arsin Catut Nama Tanpa Izin untuk Penerbitan HGB Pesisir Tangerang
Namun, ternyata mobil milik Arsin itu telah telat membayar pajak kendaraan sejak 4,5 tahun lalu.
"Keterangan: Terlambat 4 Tahun 6 Bulan 26 Hari," demikian tertulis dalam situs tersebut, dikutip pada Kamis (31/1/2025).
Pajak tahunan mobil tersebut yang habis pada 5 Juli 2020 juga belum dibayarkan oleh Arsin.
Akibatnya, Arsin harus menanggung denda tunggakan pajak kendaraannya hingga mencapai Rp42.259.000.
Adapun rinciannya adalah Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Pokok sebesar Rp20.519.000.
Lalu, PKB Denda sebesar Rp4.024.000. Kemudian masih ada Opsen PKB Pokok sebesar Rp13.544.000 dan Opsen PKB Denda sebesar Rp2.657.000.
Selain itu, adapula Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) Pokok senilai Rp715.000, SWDKLLJ Denda Rp500.000, Surat Tanda Kendaraan Bermotor Rp200.000, dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) senilai Rp100.000.
Punya Rubicon dan 4 Sepeda Motor
Arsin juga sempat diisukan memiliki mobil mewah merek Rubicon sesaat setelah video perdebatannya dengan Nusron Wahid viral.
Nyatanya, hal tersebut bukanlah isu dan dibenarkan oleh warga Kohod, Heri.
Heri menyebut Arsin memilik Rubicon saat awal-awal menjabat sebagai Kades Kohod pada 2021 lalu.
Namun, dia mengatakan Rubicon milik Arsin itu tidak lagi tampak di rumah sang Kades sejak kasus pagar laut mencuat.
Selain Rubicon, Heri menduga empat motor yang juga dimiliki Arsin turut dijual.
"Isunya sih Rubicon-nya sudah dijual, terus motor-motornya sudah tidak ada, mungkin karena ada kasus begini takut diaudit KPK kali," ujarnya.
Lebih lanjut, Heri juga menyebut Arsin memang beberapa hari tidak terlihat.
Menurut warga, Arsin memang jarang terlihat sejak kasus pagar laut mencuat.
"Baru nongol kemarin pas ada Pak Menteri, itu pun dia telat. Infonya sih memang tidak diundang," ujar warga Kohod lainnya, Obos.
Viral usai Debat dengan Nusron Wahid

Sosok Arsin menjadi viral usai sempat berdebat dengan Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid saat sang menteri fisik lahan yang memiliki Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) dan Hak Milik (SHM) di kawasan pesisir Desa Kohod.
Arsin bersikeras, pagar laut di area tersebut dulunya adalah empang.
Ia mengeklaim, abrasi yang terjadi sejak 2004 telah menyebabkan lahan tersebut, perlahan hilang akibat tergerus oleh air laut.
Meskipun Arsin mengemukakan pandangannya, Nusron menyatakan dengan tegas, secara faktual, lahan tersebut sudah tidak ada lagi.
"Secara material, kita lihat bersama, fisiknya sudah tidak ada. Karena itu hilang, maka lahan tersebut dikategorikan sebagai tanah musnah," ujar Nusron.
Meskipun demikian, Arsin tetap berpegang pada pendapatnya, lahan tersebut memiliki sejarah sebagai empang yang digunakan oleh masyarakat.
Nusron, yang tidak ingin memperpanjang diskusi, menegaskan pihaknya akan membatalkan sertifikat HGB dan SHM di area laut tersebut, mengingat bukti fisik lahan yang hilang.
"Kami akan memeriksa satu per satu. Jika sertifikatnya ada tetapi materialnya tidak ada, maka kami akan batalkan," ungkapnya.
Di sisi lain, Arsin juga kembali menarik perhatian setelah berdebat dengan Nusron.
Dia tampak dikawal oleh beberapa orang berperawakan kekar. Adapun momen itu diketahu saat awak media mencoba mencegat Arsin untuk dimintai keterangan terkait sertifikat pagar laut.
Namun, Arsin yang mengenakan batik berwarna ungu dengan kopiah berwarna hitam langsung berbalik badan.
Sembari mengangkat tangannya ke udara, Arsin menolak untuk diwawancarai.
"Mau salat Jumat nih, nanti ketinggalan, sudah-sudah...," ujar Arsin sambil menunjuk ke arlojinya.
Usai memberi pernyataan singkat, Arsin langsung dirangkul oleh dua pria yang mengenakan kemeja dan topi putih serta seorang pria lagi menggunakan kemeja dengan lengan digulung berwarna biru gelap untuk meninggalkan lokasi.
Keduanya langsung menyelinap ke dalam rombongan Nusron yang terlebih dahulu meninggalkan lokasi.
Tak patah arang, awak media mencoba mengejar Arsin hingga ke area parkir. Namun, di lokasi itu langsung diadang oleh lima pria yang diduga pengawal pribadi Arsin.
Seperti layaknya "Paspampres" yang mengawal pejabat tinggi negara, sejumlah pria itu melarang para awak media mendekat dan mewawancarai sang kepala desa.
Setelah berhasil menghindar dari kejaran wartawan, Arsin langsung naik ke sepeda motor yang dikendarai pria berbaju dan bertopi hitam.
Sementara lima orang yang sempat mengadang para awak media berjalan kaki mengikuti motor yang ditumpangi Arsin dari belakang. Para pria itu terlihat ada yang memakai topi, jaket dan celana jeans.
Mereka membentuk barikade agar perjalanan sang kades tidak terganggu oleh para wartawan yang mengejarnya.
Kejadian serupa juga terjadi usai shalat Jumat di Masjid Abdul Mu'in, Pakuhaji.
Sejumlah awak media yang menunggu Arsin selesai shalat kembali tidak mendapatkan kesempatan wawancara.
Arsin menghindar dan meninggalkan lokasi tanpa memberikan keterangan apapun.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Sri Juliati/Abdul Qodir)(Kompas.com/Acep Nazmudin)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.