5 Srikandi Bakal Hadiri Acara Buka Tahun 2025 PWKI, Serahkan 7 Penghargaan
Lima srikandi bakal hadiri Acara Buka Tahun 2025 PWKI, serahkan 7 Penghargaan ke Ormas Lintas Agama dan Romo Markus Solo, penerjemah Paus Fransiskus.
Penerima penghargaan adalah Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharudin, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dzulfikar Ahmad Tawalla, Ketua Umum Pemuda Katolik (PK) Stefanus Asat Gusma, Ketua Umum Pemuda Kristen (GAMKI) Sahat MP Sinurat, Ketua Umum Pemuda Hindu (Peradah) I Gede Ariawan, Ketua Umum Pemuda Budha (Gemabudhi) Bambang Patijaya dan Ketua Umum Pemuda Konghucu (Gemaku) JS Kristan.
Penerima anugerah terakhir adalah Rm Markus Solo Kewuta SVD dari Dikasteri (Kementerian) Dialog Antaragama Vatikan.

Pastor yang akan hadir secara daring ini adalah satu-satunya pejabat Vatikan yang berasal dari Indonesia.
Ia merupakan tokoh penting terwujudnya Deklarasi Jakarta – Vatikan.
Deklarasi ini merupakan komitmen mewujudkan perdamaian di Indonesia dan dunia yang ditandatangani para organisasi pemuda lintas agama tersebut.
Paus Fransiskus sebagai saksi atas komitmen bersama yang mulia itu dengan wujud pembubuhan tandatangan secara langsung di Vatikan pada 21 Agustus 2024.
Padre Marco, demikian Rm Markus akrab disapa adalah penerjemah Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia pada 3-6 September 2024 lalu.
Sementara itu Asni Ovier Dengen Paluin menjelaskan bahwa PWKI didirikan pada 1 Dember 2004 dan diresmikan pada 28 Januari 2005 oleh Julius Kardinal Darmaatmadja SJ, Uskup Agung Jakarta.
Yang menginisiasi berdirinya paguyuban ini adalah AM Putut Prabantoro dan Pieter Gero.
Baca juga: Rencanakan Kunjungan Kedua ke Vatikan, PWKI Pamit ke Uskup Agung Jakarta Kardinal Suharyo
Tema Buka Tahun Baru Bersama pada waktu itu mengambil “Doa Untuk Aceh” karena pada saat terjadi tsunami yang melanda Aceh.
Dan pada kesempatan itu, PWKI ikut memberikan donasi sebagai tanda belarasa (compassion) atas kejadian prihatin yang menimpa masyarakat Aceh.
“PWKI selalu mengusung tema kebangsaan dalam perayaan buka tahun baru bersama. Tema-tema kebangsaan ini tidak dapat dilepaskan dari nilai luhur yang kami dapatkan sebagai warisan dari seorang uskup pribumi pertama. Dia adalah pahlawan nasional yakni Uskup Agung Semarang dan sekaligus merupakan uskup pribumi pertama. Nilai luhur itu adalah 100 persen Katolik – 100% Indonesia. Kami menyebutnya sebagai motto atau sebagai warisan,“ jelas Asni Ovier. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.