Pro Kontra Sekolah Libur 1 Bulan Selama Ramadhan 2025, Ini Jalan Tengahnya
Libur selama sebulan di bulan Ramadhan 2025 memunculkan pro dan kontra ada yang setuju dan ada yang menolak.
Editor:
Hasanudin Aco
"Apalagi kalau mempertimbangkan sekolah itu bukan hanya siswa-siswi Muslim, tapi ada yang Hindu, Buddha, Katolik, Kristen, Konghucu. Bagaimana ini? Mereka berlibur, panduannya seperti apa?" katanya bertanya-tanya.
"Jangan langsung tiba-tiba satu bulan libur misalnya umat non-Muslimnya bagaimana? Yang Muslimnya sendiri juga benar-benar tercapai apa enggak?"
Bagaimana jalan tengahnya?
Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, juga punya kekhawatiran yang sama. Libur sebulan penuh.
"Pasti merepotkan orang tua. Dan juga secara waktu kita punya satu bulan penuh itu akan sia-sia," tuturnya dikutip dari BBC Indonesia.
Sebaliknya, kata dia, masuk sekolah secara penuh selama puasa juga tidak membuat kegiatan belajar-mengajar berjalan efektif.
"Mereka nggak makan dari subuh begitu kan. Sampai jam empat (sore) itu sangat lelah sekali tuh. Belum lagi gurunya yang harus mengandalkan suara, harus ngomong," katanya.
Ia menyarankan kebijakan yang dikeluarkan membuat sekolah mengubah format pembelajaran selama bulan puasa.
Misalnya, mengurangi jam pelajaran dan membuat program kerohanian seperti pesantren kilat yang topiknya lebih umum seperti pendidikan karakter.
"Artinya ini bisa diterapkan di mana saja. Di daerah-daerah yang mayoritas non-Muslim misalnya," tambah Ubaid.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.