Pagar Laut 30 Km di Tangerang
3 Pihak Disebut Dalang di Balik Pagar Laut di Tangerang: Selebriti 'Booming' hingga Aguan Bos PIK 2
Setidaknya tiga pihak disebut sebagai dalang di balik pembangunan pagar laut sepanjang 30,16 km di perairan Tangerang, Banten.
Toni mengatakan tudingan mengenai pagar laut muncul sebab minimnya edukasi mengenai PSN PIK 2.
Ia menyebut ada kesalahpahaman informasi mengenai PSN PIK 2. Di mana, ujar Toni, publik memahami PIK 2 keseluruhannya merupakan PSN.
"Saya pikir mungkin kurangnya pengetahuan, kurangnya edukasi ke beberapa teman-teman yang sedikit berbeda ini."
"Bahwa memang PSN ini dianggap seluruh PIK 2 itu PSN. Ternyata itu kan tidak," ujar dia.
Baca juga: Nelayan di Tangerang Akui Sudah Lapor soal Pagar Laut, tapi Tak Ada Tindak Lanjut: Pelaku Dibekingi
Toni lantas menjelaskan, hanya sebagian kecil dari kawasan yang ada di PIK 2 yang ada di Tangerang Utara sebagai PSN.
"Mungkin mereka memahaminya semua PIK 2 PSN sehingga menjadi polemik. Seharusnya tidak ada masalah," kata Toni.
3. JRP sebut masyarakat setempat yang membangun
Sementara itu, Jaringan Rakyat Pantura (JRP) di Kabupaten Tangerang menyebut pagar laut itu dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat.
Pagar laut itu sengaja dibangun untuk tiga tujuan, salah satunya mencegah abrasi.
"Pagar laut yang membentang di pesisir utara Kabupaten Tangerang ini sengaja dibangun secara swadaya oleh masyarakat."
"Ini dilakukan untuk mencegah abrasi, mencegah pengikisan tanah di wilayah pantai yang dapat merugikan ekosistem dan permukiman," jelas Koordinator JRP, Sandi Martapraja, Sabtu (11/1/2025), dilansir Kompas.com.
Tujuan kedua, lanjut Sandi, adalah untuk mitigasi bencana tsunami.
"(Untuk) mitigasi ancaman tsunami, meski tidak bisa sepenuhnya menahan," imbuh dia.
Lalu, tujuan terakhir, area di sekitar pagar laut bisa dimanfaatkan sebagai tambak ikan, apabila kondisinya bagus.
Sandi lantas menegaskan, pagar laut itu memang sengaja dibangun masyarakat setempat untuk mencegah ancaman kerusakan lingkungan.
"Tambak ikan di dekat tanggul juga dapat dikelola secara berkelanjutan untuk menjaga ekosistem tetap seimbang."
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.