AHY Tekankan Pentingnya Penerapan Ilmu Pengetahuan untuk Memperbaiki Tata Kelola Agraria
AHY menekankan pentingnya penerapan ilmu pengetahuan secara komprehensif memperbaiki tata kelola agraria di Indonesia.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Erik S
Sementara itu, data sekunder diperoleh dari laporan, publikasi, artikel, pustaka yang dipercaya.
Data sekunder yang dikumpulkan memperhatikan keragaman sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di wilayah Indonesia Barat, Tengah, dan Timur,” imbuh Jonahar.
Jonahar juga mengungkapkan tantangan utama dalam penelitian ini adalah lahirnya sertifikat ganda, data yang belum update dan akurat.
Oleh karena itu, metode pemetaan kadaster berbasis satelit dapat menjadi acuan dalam pendaftaran tanah di Indonesia, disusul dengan metode terestris dan metode fotogrametri.
“Peningkatan dan pengembangan teknologi untuk terus meningkatkan akurasi data pendaftaran tanah dianggap sangat penting dilakukan. Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di bidang pengukuran tanah merupakan prioritas utama untuk dilakukan,” ujarnya.
Untuk penilaian tanah, sambung Jonahar, penting dikembangkan teori dan model penilaian tanah yang mempertimbangkan penilaian tanah berbasis pasar dan non-pasar untuk menjadi dasar operasional penilaian tanah di lembaga pertanahan.
“Badan Pertanahan Nasional (BPN) merupakan lembaga yang paling bertanggung jawab dan paling dominan dalam keseluruhan proses pendaftaran tanah di Indonesia.
Dalam praktiknya, proses melibatkan peran pemerintah daerah, pemerintah desa, masyarakat, dan tokoh masyarakat,” imbuh Jonahar.
Jonahar menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa Pertama, penelitian ini berhasil melakukan evaluasi kualitatif penyelenggaraan pendaftaran tanah di Indonesia.
Selanjutnya penelitian ini juga telah mendapatkan secara detil kualitatif kekuatan, kelemahan, dan harapan perbaikan sistem pendaftaran tanah nasional.
Diharapkan hasil evaluasi kualitatif ini bisa menjadi acuan untuk melakukan evaluasi kuantitatif atas sistem pendaftaran tanah nasional;
Kedua, pendaftaran tanah di Indonesia bisa dilakukan percepatan dengan mengembangkan terobosan kelembagaan operasional penyelenggaraan pendaftaran tanah sistematik (PT31), yang diharapkan bisa menjadi pengganti semua pendaftaran tanah sistematik yang pernah dilakukan;
Ketiga, integrasi land value capture berbasis data spasial ke dalam sistem pendaftaran tanah nasional memungkinkan bagi lembaga pertanahan (ATR/BPN) untuk dapat memfasilitasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk melakukan land value capture yang bersumber awal dari pendaftaran tanah dan pengembangannya.
Keempat, integrasi land value capture berbasis data spasial ke dalam sistem pendaftaran tanah menjadi langkah awal untuk melakukan pengembangan dan modernisasi sistem pendaftaran tanah nasional yang mencakup baik legal cadastre maupun fiscal cadastre.
Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS. selaku Pimpinan Sidang Promosi Doktor menyampaikan, disertasi ini paling tidak memberikan 5 kebaruan, yakni Pertama, penelitian yang baru pertama dilakukan dengan melibatkan populasi di seluruh indonesia;
"Kemudian evaluasi kualitatif yang dilakukan dapat menjadi dasar penelitian kuantitatif; melahirkan terobosan kelembagaan percepatan pendaftaran tanah sistematik; Keempat, mengintegrasikan land value capture dalam sistem pendaftaran tanah nasiona dan mengintegrasikan land value capture berbasis spasial sebagai cikal bakal sistem fiskal pertanahan," ungkap Prof. Arif.
AHY Ungkap Pemerintah Masih Matangkan Rencana Proyek Tanggul Raksasa, Singgung Pelibatan Pengusaha |
![]() |
---|
AHY Soal Isu Pemakzulan Gibran: Nggak Deh Saya Fokus Kawal Pemerintahan Prabowo |
![]() |
---|
Menteri AHY Gemuruhkan IMW 2025 dengan Lagu Nenek Moyangku |
![]() |
---|
Prabowo Diprediksi Maju Pilpres 2029 tanpa Anak Jokowi, Pengamat Nilai AHY Lebih Cocok: Berprestasi |
![]() |
---|
Pemilu Masih Empat Tahun Lagi Partai Demokrat Sudah Mulai Berburu Caleg, Anak-anak Muda Dibidik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.