Gerakan 30 September
Detik-Detik Ahmad Yani Tewas saat G30S: Rumah Tak Terkunci, sang Jenderal Diberondong Thompson
Sebelum wafat, rumah Ahmad Yani memang tidak dalam kondisi terkunci karena sang istri tengah pergi. Namun, hal ini menjadi awal malapetaka.
Selanjutnya, Ahmad Yani pun keluar dari kamarnya bersama Eddy untuk bertemu Pasukan Cakrabirawa.
Pada momen tersebut, Untung mengungkapkan ayahnya yang merupakan jenderal TNI bintang tiga dibentak oleh personel TNI berpangkat sersan dan kopral.
Ahmad Yani, kata Untung, pun marah karena dibentak oleh anak buahnya tersebut.
"Siapa yang nggak marah? Dipanggil Presiden katanya, mau ganti baju nggak boleh, mau cuci muka nggak boleh."
"Siapa yang dengar? Eddy, saya di dalam (kamar)," cerita Untung.
Saat marah, Ahmad Yani sampai menampar salah satu anggota Pasukan Cakrabirawa menggunakan popor senjata.
"Begitu dibentak-bentak, dipukul lah salah satu, dipukul satu orang. Jelas marahlah," jelasnya.
"(Ahmad Yani marah) 'Kau, tentara tahu apa kau!" sambung Untung menirukan bentakan sang ayah.
Mau Kembali ke Kamarnya, Ahmad Yani Langsung Diberondong oleh Pasukan Cakrabirawa
Untung menceritakan Ahmad Yani pun berniat kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Namun, sambungnya, komandan dari Pasukan Cakrabirawa memerintahkan untuk menembak Ahmad Yani dengan senjata Thompson yang sudah dibawa.
"Begitu tutup pintunya, salah satu orang yang komandannya ini, 'Yani, tembak!'," cerita Untung.
Begitu terdengar suara berondongan tembakan, seluruh anak Ahmad Yani terbangun dari tidurnya.
Pada saat yang bersamaan, mereka pun melihat tubuh Ahmad Yani yang sudah tidak bernyawa dan bersimbah darah diseret oleh personel Pasukan Cakrabirawa ke luar rumah.
Baca juga: 5 Teori G30S 1965 soal Dalang Upaya Kudeta dan Pembunuhan Jenderal TNI AD
Lalu, Untung menyebut seluruh anak Ahmad Yani mengejar Pasukan Cakrabirawa yang menyeret tubuh ayahnya.
"Di sini, diseret-seret sampai depan situ. Taruhlah pinggir jalan situ. Kita ngejar dari sini," cerita Untung.
Bahkan, saat seluruh anak Ahmad Yani mencoba ingin melihat jasad sang ayah keluar, ada salah satu anggota Pasukan Cakrabirawa mengancam akan menembak siapapun.
"Kita cuma bisa nangis. Kita nggak tahu bapaknya dibawa pergi, nggak ngerti," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Gerakan 30 September
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.