Tanggal 23 Agustus Diperingati sebagai Hari Peringatan Konferensi Meja Bundar, Ini Sejarahnya
Tanggal 23 Agustus diperingati sebagai Hari Peringatan Konferensi Meja Bundar, simak sejarahnya berikut ini.
Setelah perjanjian Linggarjati, Belanda melanggar perjanjian itu dengan melakukan Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947 di kota-kota di Jawa dan Sumatra.
Indonesia dengan dibantu PBB, kemudian membentuk Komisi Tiga Negara (KNT), terdiri dari Australia sebagai perwakilan Indonesia (Richard C. Kirby), Belgia sebagai perwakilan Belanda (Paul Van Zeeland), dan Amerika Serikat sebagai penengah (Prof. Dr. Frank Graham).
Kemudian, KNT berunding di atas kapal AS bernama USS Renville yang berada di Pelabuhan Tanjung Priok pada 17 Januari 1948.
Delegasi Indonesia diketuai Perdana Menteri Amir Syarifudin dan Belanda menempatkan seorang Indonesia bernama R. Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagai ketuanya.
Hasil Perjanjian Renville:
- Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya RIS
- RI sejajar kedudukannya dengan Belanda
- RI menjadi bagian dari RIS dan akan diadakan pemilu untuk membentuk Konstituante RIS
- Tentara Indonesia di daerah Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan ke wilayah RI
Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di ruangan Mr. Bergstein. Terlihat Drs. Moh. Hatta dan Tuan Linthorst hadir dalam perundingan ini. Foto ini diambil pada November 1949. (Demijnen Netherland)
3. Perundingan Roem-Royen
Untuk kedua kalinya, Belanda melanggar perjanjian Renville dengan melancarkan Agresi Militer Belanda II.
Indonesia terpaksa mendirikan Pemerintahan Darurat di bawah komando Syafruddin Prawiranegara di Bukittinggi, Sumatra Barat.
Perundingan Roem-Royen, digelar di Jakarta pada 7 Mei 1949.
Mr. Moh. Roem sebagai ketua delegasi mewakili Indonesia dan Dr. J.H Van Royen sebagai ketua delegasi Belanda.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.