Dugaan Korupsi di Kementerian Pertanian
Bibie Cucu SYL Sempat Jadi Komisaris Perusahaan Tambang, tapi Mundur karena Mau Nyaleg
Bibie cucu SYL memiliki perusahaan tambang tahun 2022 dan menjabat sebagai komisaris. Namun, dia mundur karena mau nyaleg.
TRIBUNNEWS.COM - Asisten anak SYL Indira Chunda Thita Syahrul, Nurhabibah Almajid membeberkan fakta terbaru terkait sosok cucu eks Menteri Pertanian (Mentan) sekaligus anak Thita, Andi Tenri Bilang Radisyah Melati alias Bibie.
Adapun fakta yang dimaksud terkait Bibie pernah menjadi komisaris perusahaan tambang bernama PT Nagatana Pilar Abadi.
Namun, Nurhabibah menyebut Bibie memutuskan mundur sebagai komisaris lantaran ingin maju sebagai caleg di Pemilu 2024.
Hal ini disampaikannya saat menjadi saksi dalam sidang lanjutan perkara gratifikasi dan pemerasan di lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta Pusat, Rabu (29/5/2024).
Awalnya, hakim anggota, Ida Ayu Mustikawati menanyakan terkait tugas yang dilakukan Nurhabibah di perusahaan tambang tersebut.
Lalu, Nurhabibah mengaku membantu Bibie untuk mengurusi perusahaan, khususnya terkait keuangan.
Adapun perusahaan tersebut pertama kali berdiri pada tahun 2022.
"Saudara itu, di PT tersebut, tuh berperan sebagai apa?" tanya hakim.
"Jadi, saya diminta untuk menemani agenda Bibie. Ketika itu, Bibie memulai perusahaan itu dan saya diminta untuk (mengurusi) pencatatan pengeluaran," jawab Nurhabibah.
Baca juga: Bibie Cucu SYL Pernah Beri Uang Nayunda 500 Dolar AS: Dia Curhat Nggak Punya Pemasukan
Dia juga menjelaskan bahwa Bibie menjabat sebagai komisaris dan sosok bernama Muhammad Reno yang menjadi direktur.
Selanjutnya, Nurhabibah mengungkapkan rincian pekerjaan yang dilakukannya seperti mencatat pengeluaran perusahaan tersebut.
Mendengar penjelasan tersebut, hakim bertanya terkait rincian pengeluaran perusahaan tersebut untuk kebutuhan apa.
Lantas, Nurhabibah menyebut bahwa pengeluaran itu digunakan untuk pembangunan mess dan pembelian kasur karyawan.
"Pengeluaran itu Saudara tahu untuk apanya?" tanya hakim.
"Saya hanya mencatat pengeluaran kecil-kecil karena itu perusahaan baru mulai seperti buat mes, beli kasur untuk karyawan, hanya seperti itu, Yang Mulia," jawab Nurhabibah.
Selanjutnya, hakim bertanya terkait berapa lama Nurhabibah terlibat dalam mengurusi perusahaan tersebut.
Dia pun menjawab tidak setiap waktu untuk mengurusi perusahaan tambang itu.
Kemudian, hakim mengonfirmasi kebenaran terkait Nurhabibah diminta Bibie untuk menggantikannya sebagai komisaris.
Nurhabibah pun mengungkapkan bahwa hal tersebut benar adanya.
Adapun alasan Bibie mundur sebagai komisaris, kata Nurhabibah, lantaran yang bersangktuan ingin menjadi caleg di Pemilu 2024.
"Lalu, Saudara di sini menggantikan Bibie sebagai komisaris?" tanya hakim.
"Saya diminta, setelah perusahaan itu berjalan lima bulan, Bibie minta "Kak Bib, tolong bisa nggak ganti jadi komisaris utama'. Lalu saya tanya 'memang mengapa, Kak Bie?" (Bibie mengatakan) 'Ya, aku nggak bisa menjadi komisaris utama karena mau nyaleg'," jawab Nurhabibah.
"Lalu, Saudara menjadi komisaris utama?" tanya hakim lagi.
"Betul, Yang Mulia. Selama dua bulan," jawab Nurhabibah.
Nurhabibah mengaku mau menerima tawaran Bibie untuk menjadi komisaris perusahaan tersebut karena balas jasa dan tengah membutuhkan pekerjaan.
Selanjutnya, hakim bertanya apakah Nurhabibah digaji lewat perusahaan tersebut.
Dia pun mengakuinya dan digaji sebesar Rp 4,5 juta per bulan.
"Terus digaji dari PT itu atau tidak?" tanya hakim.
"Digaji dari PT itu, Yang Mulia," jawab Nurhabibah.
"Digaji berapa?" tanya hakim.
"Digaji Rp 4,5 juta," jawab Nurhabibah.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Dugaan Korupsi di Kementerian Pertanian
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.