Senin, 29 September 2025

Kecelakaan Maut di Puncak

Keluarga Korban Kecelakaan Alami Trauma Mental, Kapan Bisa Sembuh?

Ada beragam reaksi emosional muncul ketika keluarga mendengar salah satu anggota keluarganya mengalami kecelakaan ataupun pada saat melihat kondisi.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Kerabat menangis saat jenazah korban kecelekaan bus pariwisata di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, tiba di rumah duka di Depok, Jawa Barat, Minggu (12/5/2024). Lalu, bagaimana dampak psikologis bagi keluarga korban dan korban kecelakaan itu sendiri? 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berita duka tersiar di akhir pekan lalu, sebuah bus yang mengangkut rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok mengalami kecelakaan saat study tour di Ciater, Subang, Jawa Barat.

Akibatnya, 11 orang meninggal dunia karena kecelakaan nahas ini.

Duka atas kejadian ini tentu terus membekas diingatan keluarga korban yang ditinggalkan selama-lamanya maupun bagi korban yang mengalami luka-luka.

Lalu, bagaimana dampak psikologis bagi keluarga korban dan korban kecelakaan itu sendiri?

Keluarga Korban

Ada beragam reaksi emosional muncul ketika keluarga mendengar salah satu anggota keluarganya mengalami kecelakaan ataupun pada saat melihat kondisi korban.

Di dalam artikel yang berjudul Families' Psychological Fragility during an Emergency, keluarga merasa takut kehilangan korban, marah jika pada saat berada di rumah sakit korban tidak segera mendapatkan penanganan dan sedih jika korban meninggal atau ketika keluarga tidak diijinkan untuk mendampingi korban.

Di sisi lain, keluarga merasakan reaksi penolakan terhadap suatu kecelakaan dan ketika pasien kritis, mereka menjadi takut kehilangan orang yang dicintai.

Keadaan ini membuat mereka rentan terhadap kerapuhan dan pada akhirnya putus asa.

Reaksi pertama yang dialami adalah denial reaction to an accident atau reaksi penyangkalan terhadap peristiwa atau kecelakan yang dialami.

Mereka merasa tidak percaya bahwa anggota keluarga mengalami kecelakaan.

Pada saat yang sama yang keluarga mendampingi pasien merasa takut kehilangan anggota keluarga (fear of losing a loved one), takut jika korban akan meninggal dunia.

Ketakutan ini dirasakan karena kondisi korban yang semakin memburuk.

Kondisi korban dan situasi yang ada di ruang IGD merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis, keluarga akan mengalami kerentanan untuk mengalami kerapuhan (vulnerable to fragility) apabila keluarga tidak mampu menghadapi atau beradaptasi terhadap stressor yang dialami.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan