Senin, 29 September 2025

Tentramnya Pedagang Tempe Miliki Rumah Sendiri Berkat KPR BTN: Hati Senang, Keuntungan Terus Datang

Dengan jualan tempe sejak puluhan tahun ini, Suratini bangga bisa membeli rumah pertamanya di Turen Asri, Sukoharjo pada 2014 melalui KPR BTN Syariah.

Penulis: Imam Saputro
TribunSolo/Imam Saputro
Lapak Suratini di Pasar Harjodaksino Solo, ia berjualan di bawah payung besar yang digunakan untuk dua pedagang. 

Karena tinggal di atas tanah “ilegal”, Suratini memberanikan diri untuk mulai bermimpi bisa membeli rumah sendiri.

“Kuncinya nabung, dari dulu tiap hari saya sisihkan buat beli rumah, meski belum tahu juga belinya dimana dan harganya berapa,” jelasnya.

Impian pedagang tempe ini mulai menemui titik terang pada pertengahan 2013, ketika ada sesama pedagang pasar yang memberitahunya ada perumahan di Sukoharjo yang tengah dibangun dengan harga murah.

“Waktu itu tertarik, mulai tanya-tanya, bagaimana cara belinya,” cerita Suratini.

Suratini mengatakan, pada tahun tersebut harga rumah sekitar 100 jutaan dan bisa dicicil melalui bank.

“Saya tahunya bisa dicicil ke bank, ke BTN karena paling murah nyicilnya, dan mulailah saya mencoba daftar, karena kalau cash segitu ya tidak ada uangnya.”

Tak sampai dua bulan menunggu, pengajuan KPR Suratini mulai diproses.

“ Awalnya ada petugas yang ke pasar, nyateti  (mencatat) keuangan sehari-hari saat berjualan, karena saya wong ndeso tidak mudeng catatan keuangan,” cerita Suratini.

Ia mengakui pendapatan kotor jualan tempe di pasar ada di angka ratusan ribu per harinya.

“Namanya jualan kan tidak mesti, zaman itu ya puluhan sampai seratusan ribu per hari bisa dapat,” kata dia.

Selain itu, Suratini hanya dimintai identitas diri untuk syarat pengajuan KPR itu.

“KTP sama beberapa surat, bagi wong ndeso kaya saya, syarat-syaratnya gampang kok,” tambah Suratini yang hanya menempuh pendidikan dasar saja ini.

Pengajuan kepemilikan rumah Suratini akhirnya disetujui oleh BTN Syariah Solo dengan pokok pinjaman 70 juta dengan jangka waktu angsuran 8 tahun.

“Untuk uang muka ambil 30 juta rupiah dari tabungan, ya daripada tinggal di Kenteng kan takut sewaktu-waktu digusur, makanya manteb beli meski menghabiskan tabungan,” cerita Suratini sembari tertawa.

“Sama-sama mengeluarkan uang, tapi kalau nyicil rumah tujuannya jelas, rumahnya jadi milik saya, kalau sewaktu di Kenteng kan uangnya setor ke orang, sertifikat juga nggak ada,” kata dia.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan