Dampak Serius Perubahan Iklim Kian Dirasakan Nelayan Kecil dan Tradisional di Seluruh Indonesia
Peringatan Hari Nusantara yang dirayakan setiap tanggal 13 Desember merupakan perwujudan dari Deklarasi Djuanda pada tahun 1957.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Dani Setiawan menyebut, peringatan Hari Nusantara yang dirayakan setiap tanggal 13 Desember merupakan perwujudan dari Deklarasi Djuanda pada tahun 1957.
Deklarasi Djuanda dianggap sebagai Deklarasi Kemerdekaan Indonesia kedua yang memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945 di tahun 1959 dan pembentukan kementerian.
Peringatan ini adalah bentuk penegasan dan pengingatan bahwa Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia.
Dani pun menjelaskan, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia merasakan dampak yang nyata adanya perubahan iklim yang saat ini sudah kian memburuk.
Dampak serius perubahan iklim semakin dirasakan oleh nelayan kecil dan tradisional di seluruh Indonesia.
Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Rembuk Iklim Pesisir KNTI Tahun 2023 dengan tema 'Laut Semakin Ganas: Menanti Solusi Konkrit Perlindungan Nelayan kecil, Masyarakat Pesisir serta Kepulauan dari Perubahan Iklim' dalam peringatan Hari Nusantara 2023.
Melalui kegiatan ini, disuarakan bersama masalah-masalah yang dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir akibat dampak perubahan iklim serta solusi konkrit untuk masyarakat yang terdampak.
“Kegiatan Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023, dilaksanakan di 35 Kab/Kota, yang dilaksanakan pada tanggal 30 November sampai 9 Desember 2023. Momentum ini juga berbarengan dengan Konferensi Internasional terkait Iklim (COP28) yang diadakan di Dubai," kata Dani di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
"Melalui kesempatan ini, KNTI mengajak untuk bersatu memperjuangkan kehidupan laut yang berkelanjutan. Hal ini dapat dilalui dengan cara memperkuat jaringan solidaritas, perlindungan dan penguatan Hak Tenurial Nelayan, Memastikan edukasi yang merata, dan Peran Aktif Pemuda dan Perempuan Pesisir dalam pengelolaan perikanan” sambung dia.
Sementara, Ketua Pelaksana Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023, Hendra Wiguna menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi penting dan harus segera dilaksanakan, karena laut semakin memanas.
“Tren pemanasan laut selama beberapa dekade dan kenaikan permukaan laut rata-rata global meningkat tiga kali lipat dalam satu abad terakhir sebagai akibat dari pencairan es dan gletser dalam skala global, sesuai laporan IPCC 2019," ucapnya.
Selain itu, kata.Hendra, laporan FAO tahun 2018 mengatakan perubahan iklim akan menyebabkan perubahan signifikan dalam ketersediaan dan perdagangan produk ikan, yang berpotensi menimbulkan konsekuensi geopolitik dan ekonomi, terutama bagi negara-negara yang paling bergantung pada sektor ini.
"Tak hanya kerugian fisik, laporan BRIN terbaru tahun ini, menyebutkan perubahan iklim juga berpotensi menghilangkan mata pencaharian, sehingga berpotensi menambah jumlah penduduk miskin di Indonesia,” jelas Hendra.
Sebagai informasi, kegiatan Rembuk Iklim Pesisir KNTI tahun 2023 berkolaborasi dengan Yayasan Penguatan Lingkar Belajar Komunitas Lokal (PIKUL) dan Institut Hijau Indonesia (IHI) dalam pelaksanaannya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Jadwal Perempat Final China Masters 2025: Aroma Balas Dendam Fajar/Fikri dari Utusan Malaysia |
![]() |
---|
Garuda Gabung TIACA, Indonesia Kini Punya Suara di Forum Kargo Udara Global |
![]() |
---|
Klasemen Futsal Four Nations Cup 2025 - Indonesia Pertama Berkat Pesta, Belanda Susah Payah 3 Poin |
![]() |
---|
Toyota Luluskan 70 Mahasiswa AKTI, Siapkan SDM Unggul Hadapi Era Elektrifikasi |
![]() |
---|
10 Negara dengan Populasi Kelelawar Terbanyak: Brasil Diperkirakan Ada 500 Juta, Indonesia Berapa? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.