Senin, 29 September 2025

Mantan Menteri BUMN Laksamana Sukardi Ungkap 5 Komorbid Bangsa yang Menghambat Kemajuan Indonesia

Laksamana Sukardi, mengungkapkan pandangannya mengenai lima komorbid bangsa yang dianggapnya menjadi hambatan dalam kemajuan Indonesia.

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Laksamana Sukardi saat Talkshow OSKM ITB 2023 di Gedung Serba Guna Kampus ITB Jatinangor, Sumedang, pada Kamis (17/8/2023). Laksamana Sukardi mengungkapkan pandangannya mengenai lima komorbid bangsa yang dianggapnya menjadi hambatan dalam kemajuan Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Laksamana Sukardi, mengungkapkan pandangannya mengenai lima komorbid bangsa yang dianggapnya menjadi hambatan dalam kemajuan Indonesia.

Pernyataan ini disampaikan Laksamana Sukardi dalam Talkshow OSKM ITB 2023 di Gedung Serba Guna Kampus ITB Jatinangor, Sumedang, Kamis (17/8/2023).

Laksamana Sukardi memaparkan bahwa kelima komorbid bangsa yang sulit dihapuskan dan berdampak pada ketertinggalan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain adalah kesalahan kaprah, pola asuh yang salah, persepsi yang keliru, penafsiran yang salah, dan tata kelola yang kurang baik.

Pandangan ini juga tertuang dalam bukunya yang berjudul "Pancasalah", yang dibagikan kepada lebih dari 5 ribu mahasiswa baru ITB.

Baca juga: Laksamana Sukardi Gabung PKN untuk Berjuang Dari Nol: Kalau Mau Enak Ikut Partai Besar Saja

Menurut Laksamana, dalam konteks global, kesejahteraan suatu negara tidak hanya tergantung pada sumber daya alamnya, melainkan juga pada potensi sumber daya manusianya.

"Sumber utama adalah manusia. Ada manusia yang produktif, dan ada yang tidak," ujarnya.

Pada tahun 2030, Indonesia diharapkan akan memasuki periode bonus demografi di mana jumlah individu usia produktif (16 - 64 tahun) akan lebih dominan daripada populasi yang berusia di atas 65 tahun.

Namun, Laksamana menegaskan bahwa jika produktivitas manusia tidak optimal, hal ini justru akan menjadi beban bagi negara, bukanlah aset.

Sayangnya, produktivitas bangsa Indonesia saat ini masih rendah, mencapai hanya 0,5 dari skala 0 hingga 1, sementara negara-negara seperti Korea, Taiwan, dan Singapura mencapai angka di atas 0,8.

Laksamana mempertanyakan apakah hal ini menandakan ketidakcerdasan bangsa Indonesia, namun ia menegaskan bahwa sebenarnya ada lima komorbid bangsa yang menjadi akar permasalahan.

Pertama, ia menyoroti kesalahan kaprah yang dipicu oleh kepemimpinan feodal, otoriter, serta praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), yang berpotensi memecah belah masyarakat dan mengakibatkan konflik ideologis.

Laksamana mencontohkan negara-negara yang hancur akibat perpecahan ideologi seperti Yaman dan Suriah.

Baca juga: Laksamana Sukardi, Mantan Menteri BUMN Era Megawati Resmi Gabung PKN

Kedua, pola asuh yang salah di kalangan pemimpin dan pejabat yang memanfaatkan jabatan mereka untuk keuntungan pribadi.

Hal ini juga terjadi dalam dunia politik, di mana mereka yang "menjilat" bisa lebih cepat naik pangkat.

Pola asuh semacam ini menghambat pertumbuhan pemimpin yang cerdas dan berpikir kritis.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan