Minggu, 5 Oktober 2025

Penangkapan Terduga Teroris

Eko Patrio Bela Erick Thohir yang Dikritik Politisi PPP Soal Karyawan KAI Jadi Terduga Teroris

Penangkapan pegawai BUMN berinisial DE yang terkait dugaan terorisme itu membuat Achmad Baidowi menyoroti keamanan instansi pemerintah.

Ist
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) bersama Ketum PAN Zulkifli Hasan (kiri) dan Politisi PAN Eko Patrio. Eko angkat bicara menanggapi kritik Achmad Baidowi kepada Erick Thohir terkait penangkapan karyawan BUMN. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mendapat kritik dari Politisi PPP yang juga anggota DPR RI Achmad Baidowi terkait kasus penangkapan seorang pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang diduga terlibat aksi terorisme.

Penangkapan pegawai BUMN berinisial DE yang terkait dugaan terorisme itu membuat Achmad Baidowi menyoroti keamanan instansi pemerintah.

"Aksi terorisme bisa memapar di lingkungan instansi milik pemerintah yang seharusnya menjadi terdepan dalam membantu memerangi terorisme," kata Baidowi, Selasa (15/8/2023).

Achmad Baidowi, mengatakan Menteri BUMN Erick Thohir harus mengambil langkah preventif dan pembinaan terhadap jajaran BUMN agar tidak terpapar radikalisme.

"Atas dasar hal ini, harus menjadi perhatian bagi Kementerian BUMN untuk melakukan langkah preventif dan pembinaan terhadap jajaran pegawai BUMN, agar tidak terpapar radikalisme yang mengarah pada tindakan terorisme," kata Awiek.

Eko Hendro Purnomo atau Eko Patrio, Sekretaris FPAN DPR RI, angkat bicara menanggapi kritik Achmad Baidowi kepada Erick Thohir.

Eko Patrio yang juga menjabat Ketua DPW PAN DKI Jakarta tersebut mengaku menyayangkan pernyataan politisi PPP tersebut.

"Sangat disayangkan pernyataan sahabat saya Achmad baidowi atau Awiek dari PPP yang terkesan membawa kasus teroris ini ke ranah politik dan pribadi. Saya rasa Pak Erick Tohir sudah berusaha maksimal untuk membenahi sektor-sektor strategis, termasuk di dalamnya KAI," ujarnya, Selasa (15/8/2023).

Eko menjelaskan, isu terorisme ini kan bukan hanya ada di ranah Kementerian BUMN, meskipun terduga teroris tersebut bekerja di salah satu perusahaan BUMN, akan tetapi lembaga terkait mulai dari aparat penegak hukum, Badan Intelejen dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tentu memiliki tanggung jawab yang sama.

"Jangan sampai karena terduga bekerja di BUMN justru seolah-olah ini adalah pekerjaan rumah Kementerian BUMN saja. Bagaimana dengan terduga lain yang tidak bekerja di BUMN? Apalagi ini dikaitkan dengan isu politik yang menurut saya kurang etis. Terorisme adalah persoalan bangsa dan tentu kita sama-sama berusaha untuk menanggulangi agar hal tersebut tidak terjadi dan menyebar di instansi manapun," tandasnya.

Sebelumnya, Awiek juga mengungkapkan, dengan adanya dugaan keterlibatan pegawai BUMN dalam tindak pidana terorisme tersebut, lanjutnya, membuka kesadaran bahwa aksi terorisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih ada.

Oleh karena itu, dia mengingatkan agar Menteri BUMN Erick Thohir harus lebih serius dalam memerhatikan persoalan menyangkut radikalisme di lingkungannya yang dapat menjadi cikal bakal tindak terorisme.

"Jangan sampai lingkungan BUMN dicap menjadi salah satu sarang tumbuhnya benih-benih terorisme. Jangan sampai ikut terlena dengan hiruk-pikuk politik menjelang 2024," kata Awiek.

Penangkapan karyawan BUMN

Sebelumnya, 88 Antiteror Polri menangkap seorang pria berinisial DE yang merupakan target tindak pidana terorisme kelompok media sosial (medsos).

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan penangkapan ini dilakukan di Bulak Sentul, Harapan Jaya, Bekasi Utara pada Senin (14/8/2023) sekitar pukul 13.17 WIB.

"Benar bahwa ada giat penegakan hukum terhadap satu orang target tindak pidana terorisme Kelompok Media Sosial di wilayah DKI Jakarta," kata Ramadhan dalam keterangannya, Senin (14/8/2023).

Ramadhan mengatakan DE merupakan seorang karyawan BUMN. Namun, dia tak merinci secara pasti soal pekerjaan pelaku.

"(Pelaku) Karyawan BUMN," singkatnya.

Dalam hal ini, Ramadhan mengungkap jika DE merupakan pendukung ISIS aktif yang kerap menyebarkan propaganda di media sosial.

"Salah satu pendukung ISIS yang aktif melakukan propaganda di media sosial dengan cara memberikan motivasi untuk berjihad dan menyerukan agar bersatu dalam tujuan berjihad melalui Facebook," kata Ramadhan dalam keterangannya, Senin (14/8/2023).

Berikut fakta-fakta DE terlibat jaringan teroris ISIS

  • Berbaiat Terhadap ISIS Sejak 2014
  • DE merupakan pria kelahiran di Purbalingga, 21 Januari 1995. Dalam akun media sosialnya, benih-benih radikalisme dalam diri DE sudah muncul. DE kerap mengunggah soal ISIS di media sosial sejak 2011 atau saat berusia 16 tahun. Menurut pengakuannya kepada polisi, DE mengenal faham daulah atau negara pada 2014.
  • Latihan Menembak 2 Bulan Sekali
  • Setelah mendapatkan sejata api, DE lantas rutin berlatih menembak 2 bulan sekali di Gunung Geulis. Ia kerap menggunakan pistol merek Baikal Makarov buatan Rusia dengan ukuran peluru 9 milimeter saat berlatih menembak. Tujuannya melakaukan latihan menembak untuk melakukan teror. Tak hanya itu, ia pun aktif menggalang dana untuk kepentingan teror.
  • Jarang Bergaul Tapi Suka Ikut Rapat Warga
  • Ichwanul Muslimin, ketua RT setempat mengatakan, DE baru tinggal di lingkungannya sekitar enam bulan. Selama 6 bulan tinggal, DE terbilang jarang berinteraksi dengan warga setempat. Tetapi DE suka ikut rapat bersama pengurus lingkungan RT. "Kalau keluarganya jarang (interaksi), tapi kalau rapat RT dateng dia makanya kita enggak nyangka," katanya.
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved