Kamis, 2 Oktober 2025

Perang Saudara di Sudan

Suara Tembakan Setiap Hari di Khartoum Sudan Bikin Mahasiswa Indonesia Parno hingga Sulit Tidur

Aribah mengaku masih sering kaget kala mendengar suara keras karena masih terngiang-ngiang suara tembakan di medan perang.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI
Satgas TNI berhasil evakuasi 110 Warga Negara Indonesia (WNI) di Sudan di bawah pimpinan Mission Commander Kolonel Pnb Noto Casnoto, Jeddah, Rabu, (26/4/2023). WNI di Sudan mengisahkan kelamnya kondisi perang yang terjadi di Khartoum, ibu kota Sudan. Satgas evakuasi yang terdiri dari kru pesawat, personel Satbravo Kopasgat, Kesehatan TNI, Psikolog TNI, BAIS TNI, Puspen TNI, dan staf Kemenlu ini berhasil mengevakuasi WNI yang terdiri dari 33 orang perempuan, 71 orang laki-laki dan enam anak-anak, untuk selanjutnya di bawa menuju posko evakuasi. Setelah melaksanakan pemeriksaan kesehatan, para WNI ini diangkut menggunakan Pesawat Boeing 737 A-7305 milik TNI AU sorti 1 dengan rute penerbangan Jeddah - Port Sudan - Jeddah. Dalam keterangannya, Mission Commander menyampaikan bahwa misi evakuasi rencananya akan dibagi menjadi beberapa sorti dan sorti pertama telah terlaksana dengan lancar tanpa kendala. Menurutnya, evakuasi akan diprioritaskan untuk Lansia, ibu hamil dan anak-anak. //PUSPEN TNI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelajar Warga Negara Indonesia di Sudan, Aribah sudah dievakuasi ke Asrama Haji Pondok Gede Jakarta pada Jumat (28/4/2023).

Mahasiswi International University of Africa (IUA) semester tiga itu mengisahkan kelamnya kondisi perang yang terjadi di Khartoum, ibu kota Sudan.

"Suara tembakan itu bikin parno dan sulit tidur, terjadi terus menerus setiap hari," cerita Aribah kepada Tribun Network.

Aribah mengaku masih sering kaget kala mendengar suara keras karena masih terngiang-ngiang suara tembakan di medan perang.

Baca juga: “Takut bom jatuhnya ke kita“ - Kisah para WNI yang selamat dari konflik di Sudan

"Jadi suara tembakannya itu berturut-turut lalu mereka sepi, tidak lama selang satu jam mendadak suara tembakan lagi," tuturnya.

Aribah menceritakan seisi ruangan aula kampus hanya bisa tertegun menunggu dievakuasi KBRI Khartoum.

Kata dia, seluruh mahasiswa yang menghuni asrama kampus dikumpulkan di dalam aula dan mendapatkan perlindungan.

"Mendengar suara pesawat saja saya masih terasa seperti di sana (Khartoum, red)," ungkap Aribah.

Menurutnya, serangan udara, tembakan tank, dan artileri sangat mencekam ibu kota Sudan dan kota Bahri.

Dia bersyukur pemerintah Indonesia segera bertindak melakukan evakuasi dan memfasilitasi WNI yang tertahan di Sudan.

Aribah berharap peperangan di Sudan bisa segera berakhir sehingga bisa kembali melanjutkan kuliah.

Baca juga: Krisis Sudan: Gencatan Senjata Diperpanjang, Namun Pertempuran Terus Berlanjut

Banyak orang tewas dalam 'bentrokan etnis yang mematikan'di ibu kota Darfur Barat, El Geneina sejak awal minggu ini.

Situasi di seluruh Sudan saat ini telah memburuk, negara itu kekurangan pasokan air dan makanan pokok, laporan penjarahan pun kian meluas, dengan rumah sakit menjadi sasaran.

"Konflik tersebut telah menyebabkan lebih dari 50 ribu orang melarikan diri dari Sudan ke Chad, Mesir, Sudan Selatan, dan Republik Afrika Tengah," demikian keterangan resmi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Angkatan Bersenjata Sudan yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Burhan dan kelompok paramiliter RSF yang dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo pada Kamis lalu setuju untuk memperpanjang gencatan senjata yang sedang berlangsung selama 72 jam.

Tiga Skenario

Pemerintah menyiapkan tiga skenario memulangkan para WNI dari Sudan ke daerah asalnya masing-masing.

Hal itu disampaikan Asisten Deputi Kedaruratan Bencana dan Manajemen Pasca Bencana Kemenko PMK Nelwan Harahap di Asrama Haji Pondok Gede.

"Yang pertama kita melakukan asesmen dari mereka yang ingin melakukan pemulangan sendiri, mandiri, namun dalam hal ini nanti kami tetap nanti minta kontak dari keluarganya atau identitas penjemputnya sebagai jaminan bagi kita bahwa yang bersangkutan bisa selamat dan sampai di tujuan," ujar Nelwan.

Baca juga: Evakuasi Warganya, Pesawat Turki Diserang di Sudan

Selain itu, Nelwan mengatakan para WNI juga bisa pulang dengan menunggu jemputan dari Pemda setempat.

Dia menuturkan ada 5 Pemda yang sudah terdata akan menjemput warganya dari Asrama Haji yakni Pemprov Aceh, Jawa Timur, Lampung, Riau, dan Bengkulu.

"Nah skenario kedua kami juga sudah melalui Kemendagri yang sudah mengirimkan kawan kepada pemerintah daerah asal mereka nanti akan dituju untuk pemulangan untuk minta dukungan nanti pemulangan ke daerah asal masing-masing," kata Nelwan.

Nelwan mengatakan pihaknya juga memfasilitasi para WNI yang tak bisa pulang secara mandiri maupun tidak dijemput oleh pemda setempat.

Dia menyebutkan para WNI itu bisa pulang ke daerah asal melalui fasilitas yang telah disediakan.

"Skenario ketiga jika misalnya nanti tidak ada kemampuan mereka untuk pulang mandiri dan pemerintah daerah juga tidak ada konfirmasi untuk menjemputnya, kami juga sudah berkoordinasi dengan rekan-rekan lembaga kemanusiaan nanti kami akan fasilitasi untuk memulangkan mereka sampai ke daerah asal masing-masing dengan selamat," jelas Nelwan.

Hingga saat ini sebanyak 385 WNI tahap pertama dengan Garuda Indonesia GA 991 dievakuasi ke tanah air.

Para WNI yang tiba terdiri dari 248 perempuan dan 137 laki-laki, dan diantara mereka terdapat 43 anak-anak.

Masih ada dua tahap pemulangan WNI dari Sudan yang akan dilakukan dalam rentan waktu 29 April hingga 1 Mei 2023. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved