Minggu, 5 Oktober 2025

Pemilih Kian Rasional, Calon Pemimpin Nasional Harus Punya Gagasan dan Tak Hanya Jual Isu Primordial

Pemilih di Pemilu 2024 diprediksi akan mengesampingkan isu primordial dan lebih mendasarkan pada gagasan program dan pengalaman kerja.

Editor: Content Writer
Surya.co.id
Talkshow bertajuk "Memilih, Damai Yang Muda Yang Primordial?" diselenggarakan di Kampus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jumat Sore (2/12/2022). 

"Fenomena ini memperlihatkan bahwa dasar struktur masyarakat dalam konteks demografi sedang bergerak. Mereka yang lahir tahun 80-an ke bawah, semakin kecil, di atas itu semakin membesar," katanya.

Masyarakat makin dewasa dengan memperhitungkan banyak hal dalam memilih figur pemimpin, dibanding berbicara latar belakang kedaerahan. "Kelihatannya, bahwa ikatan primordial di bidang etnik, mengalami declining (penolakan)," katanya.

Meski begitu, ia mengakui bahwa isu primordial tak bisa lepas begitu saja dalam pemilu, misalnya ketika berbicara soal agama. Namun, seorang kandidat pemimpin masih harus ditopang dengan berbagai hal pendukung, seperti program dan pengalaman.

Apalagi, pemimpin nasional berlatar belakang dari luar Jawa juga bukanlah baru. Contohnya adalah nama Hamzah Haz serta Jusuf Kalla yang pernah menjadi Wakil Presiden. Figur-figur tersebut justru membuktikan adanya faktor elektoral.

"Munculnya kandidat pemimpin yang berasal dari luar Jawa, justru bisa jadi penyeimbang," katanya.

Apalagi, dengan keberadaan media massa hingga media sosial makin mempermudah seorang kandidat dalam melakukan sosialisasi.

"Para calon pemimpin ini harus menarik bagi pemlihnya. Ini menarik, sebab milenial memiliki kecenderungan untuk tak terlibat secara langsung dalam politik," katanya.

Pengajar FISIP Unair, Airlangga Pribadi Kusman mengatakan kalangan elit parpol hendaknya memang tak hanya menggaungkan jargon, namun juga perlu memperbincangkan persoalan yang riil yang dekat dengan millenial. Misalnya, realitas ekonomi politik bahwa milenial sebagian besar saat ini masuk dalam arus besar ekonomi digital.

"33 Juta tenaga kerja digital di Indonesia sebagian besar kalangan milenial dan sekarang sedang menghadapi tantangan krisis," kata Airlangga.

Selama ini, persoalan tersebut belum banyak tersentuh optimal oleh kalangan elit politik. Padahal kalangan milenial mendambakan pemimpin yang paham betul persoalan mereka.

Airlangga meyakini isu primordialisme pada Pemilu 2024 bisa berpotensi rontok. Meskipun tak dapat dipungkiri primordialisme memang tak selalu berkonotasi buruk. Namun, memang penting untuk diskusi kapasitas dan kemampuan figur.

Dimoderatori Pemimpin Redaksi TribunJatim Network, Tri Mulyono acara ini bertujuan mengkaji potensi penggunaan isu primordial dalam pemilu 2024. Termasuk, dengan menimbang dampaknya terhadap elektoral dan dampak ikutannya.

Vice General Manager Businnes Harian Surya, Adi Widodo yang membuka acara ini berharap diskusi ini bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat.

"Secara hukum siapapun bisa menjadi Presiden, siapapun bisa menjadi anggota dewan. Semua orang asal warga negara Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk memilih dan dipilih," imbuhnya.

Acara ini dihadiri oleh para mahasiswa dan dosen dari Surabaya. Mereka terlihat sangat antusias menyimak diskusi yang diisi oleh beberapa narasumber yang ahli di bidangnya, di antaranya Fachry Ali (Pengamat Ekonomi Politik), Yohan Wahyu (Peneliti Litbang Kompas), Airlangga Pribadi Kusman (Dosen Fisip Unair), Pradipto Niwandhono (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unair).

Halaman
123
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved