Gempa Berpusat di Cianjur
Mengenal Apa Itu Sesar Lembang, Masih Aktif Hingga Sekarang dan Dipantau sejak Tahun 1963
Simak penjelasan tentang apa itu Sesar Lembang, bagaimana awal mula terbentuknya, mengapa dipantau sejak tahun 1963, dan kesiapan potensi gempanya.
Wilayah Lembang adalah Landmark menarik yang berada di dataran tinggi Bandung.
Letaknya di lereng sebelah selatan dari Gunung Tangkuban Perahu..
Secara Geomorfologi, Lembang adalah bentuk neotektonik di Cekungan Bandung.
Bentuk Cekungan Bandung tersebut menarik perhatian para pemerhati lingkungan, pemerhati kebencanaan geologi dan peneliti seismologi.
Baca juga: Gempa Susulan di Cianjur Terus Terjadi, Dosen Teknik Geologi: Bukan dari Sesar Cimandiri
Sesar Lembang dipantau sejak 1963
Kepala Bidang Informasi Gempabumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono menyebutkan bahawa pemantuan Sesar Lembang telah dilakukan sejak lama.
BMKG mulai memasang dan mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang, pada 1 Januari 1963.
Tujuan pemasangan itu adalkah memonitor aktivitas Sesar Lembang dan memantau gempa bumi yang terjadi.
Sejak tahun 2008, BMKG telah menonitor pergerakan Sesar Lembang ini dengan baik.
Hingga pada 2019, BMKG memasang 16 sensor seismic periode pendek secara lebih rapat untuk melengkapi 19 seismograf broadband yang sudah terpasang sebelumnya di Jawa Barat dan Banten.
BNPB siaga ancaman gempa akibat Sesar Lembang
Dilansir siaga.bnpb.go.id, Badan Nasional Penanggulangna Bencana (BNPB) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan geladi ruang atau tabletop exercise (TTX).
TTX tersebut memfokuskan pada tiga tema utama, yaitu kesiapsiagaan masyarakat, aktivitasi pos komando, dan koordinasi multipihak serta penggunaan anggaran.
Penyelenggaraan TTX sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo dalam rapat koordinasi BNPB dan BPBD 2019.
Hal itu terkait pelaksanaan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala.
Terkait dengan potensi ancaman Sesar Lembang, TTX ini bertujuan untuk meningkatkan dan menyamakan pemahaman ancaman dan risiko bahaya.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)(Kompas.com/Nur Rohmi Aida)