Gempa Berpusat di Cianjur
Kata Ahli soal Potensi Longsor Pasca-gempa Cianjur: Harus Ada Pemetaan, Warga Sebaiknya Mengungsi
Peneliti Pusat Penelitian MKPI ITS, Amien Widodo meminta pemerintah membuat pemetaan kawasan yang rawan longsor pascagempa Cianjur.
TRIBUNNEWS.COM - Peneliti Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) ITS, Amien Widodo memberikan tanggapannya terkait peringatan BMKG yang mengimbau warga waspada akan potensi bencana lanjutan berupa longsor pascagempa Cianjur.
Amien menjelaskan, berdasarkan mekanisme longsor itu sendiri, salah satu pemicunya adalah perubahan topografi.
Sehingga kondisi tanah yang awalnya biasa saja kemudian terkena gempa membuat sudut topografi tanah tersebut menjadi semakin tajam.
Kemudian jika ada pemicu lain seperti gempa sisilan atau hujan, maka ada kemungkinan tanah tersebut akan mengalami longsor.
"Jadi kalau kita melihat mekanisme longsor itu sendiri kan, yang memicu salah satunya adalah perubahan topografi itu tadi. Jadi awalnya biasa-biasa saja terus sekarang kepotong, berarti kan sudutnya semakin tajam."
"Nah itu nanti kalau ada pemicu yang lain, misal ada gempa lagi atau ada hujan maka itu nanti bisa kemungkinan longsor lagi," kata Amien dalam tayangan Program 'Sapa Indonesia Pagi' Kompas TV, Rabu (23/11/2022).
Baca juga: Data Terkini Korban Gempa Cianjur: 268 Orang Meninggal, 151 Masih Hilang, 58.362 Warga Mengungsi
Untuk itu Amien pun mengimbau pemerintah untuk bisa segera membuat batasan dan mengkaji daerah-daerah bekas longsor, apakah masih aman atau tidak.
Karena menurut Amien, longsor tidak terjadi tiba-tiba dan selalu disertai adanya tanda-tanda sebelumnya.
Seperti adanya retakan-retakan pada permukaan tanah sebelum longsor terjadi.
Oleh karena itu diperlukan adanya pemetaan di kawasan bekas longsor dan kawasan yang rawan longsor.
Baca juga: 151 Orang Dilaporkan Hilang Pasca Gempa Cianjur, Tim SAR Gabungan Fokus Lakukan Pencarian
"Maka mestinya ini dari pemerintah daerah segera membatasi di daerah yang bekas longsor tadi perlu dikaji betul, apakah masih aman atau tidak."
"Karena longsor itu tidak tiba-tiba, mesti ada tanda-tanda. Jadi ada retak-retak dulu semacamnya. Jadi harus ada upaya pemetaan di kawasan itu," terang Amien.
Amien menambahkan, untuk sementara warga yang belum bisa kembali ke rumahnya diimbau untuk mengungsi terlebih dahulu hingga rumahnya diperbaiki pemerintah.
"Jadi kalau memang belum bisa kembali ke rumah ya memang harus mengungsi dulu sampai diperbaiki oleh pemerintah," pungkasnya.
Baca juga: Jokowi Ditelepon Presiden Uni Emirat Arab: Siap Bantu Penanganan Korban Gempa Cianjur
Kepala BMKG Minta Warga Mewaspadai Longsor hingga Banjir Bandang Pascagempa Cianjur
Diberitakan sebelumnya, memasuki musim hujan, kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan agar warga di lokasi gempa Cianjur mewaspadai potensi bencana longsor.
Ia menyebut, khusus Jawa Barat saat bulan Desember tidak memiliki musim kemarau.
"Kita sebentar lagi masuk bulan Desember dan Jawa Barat ini relatif tidak memiliki musim kemarau."
"Jadi hujan terus, sehingga perlu disiapkan di waspadai adanya potensi ya potensi bencana ikutan seperti longsor," ujar dia dalam konferensi pers, Selasa (22/11/2022).
Baca juga: 151 Orang Masih Hilang akibat Gempa Cianjur, Tim SAR Gabungan Fokus Pencarian Korban
Ia memaparkan, penting untuk diwaspadai adalah material-material rontokan lereng-lereng akibat gempa di banyak titik longsor.
Material-material tersebut dapat membendung lembah sungai di lereng atas.
"Apabila hujan turun terus menerus, akhirnya bendung air hujan itu bisa mendesak onggokan tanah longsor tadi, akhirnya jebol sebagai banjir bandang," ungkap Dwikorita
Dwikorita berharap, ada tim PUPR yang dapat segera membersihkan material-material di atas lereng.
Baca juga: Belum Tersentuh Bantuan, Pengungsi Gempa di Cianjur Makan Nasi dengan Kerupuk dan Tempe
Kejadian yang serupa juga pernga terjadi saat peristiwa gempa di Palu, dan juga gempa di Sumatera Barat di Pasaman, dan di beberapa wilayah lainnya.
"Jadi langkah yang mendesak itu adalah mengendalikan onggokan, tanah material ataupun kayu-kayu yang menutupi aliran sungai di lereng atas," jelas dia.
"Jadi kalau memang ada tenda-tenda itu perlu diperhatikan tentang ancamannya hujan dan dampak ikutannya," harap Dwikorita.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Rina Ayu Panca Rini)