Senin, 6 Oktober 2025

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Sebut 131 Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Pahlawan Sepakbola, Andritany Ardhiyasa: Jangan Sia-siakan

Menurutnya, seluruh pihak terkait harus memperbaiki tata kelola sepakbola nasional menjadi lebih baik.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
Tribunnews.com/Gita Irawan
Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) usai menemui Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di kantor Kemenko Polhukam RI Jakarta Pusat pada Senin (10/10/2022). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) sekaligus kiper Persija Jakarta Andritany Ardhiyasa bersama rombongan menemui Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di kantor Kemenko Polhukam RI Jakarta Pusat pada Senin (10/10/2022).

Usai pertemuan, Andritany ditanya wartawan pandangannya terkait peristiwa di Stadion Kanjuruhan Malang yang hingga saat ini tercatat menelan korban jiwa sebanyak 131 orang dan ratusan lainnya luka-luka tersebut.

"Ya kalau kita bicara momen (perbaikan tata kelola sepakbola), bagi saya ini di atas kita bicara 131 nyawa hilang ini tentu bukan yang bagus. Tapi jangan pernah kita siakan itu, mereka adalah pahlawan sepakbola, dan jangan 131 itu menjadi sia-sia," kata Andritany usai pertemuan.

Menurutnya, seluruh pihak terkait harus memperbaiki tata kelola sepakbola nasional menjadi lebih baik.

Untuk itu, kata dia, tidak hanya menjadi tanggung jawab suporter atau pemain, melainkan juga pemangku kepentingan lain.

"Kita harus perbaiki tata kelola ini menjadi sepakbola ini menjadi lebih baik. Bukan cuma hanya suporter tapi semua stakeholder, pemain, pelatih, LIB, dan federasi kita duduk bareng untuk bicara untuk menjadi sepakbola yang lebih baik lagi," kata dia.

Sebelumnya, CEO APPI Hardika Aji menyampaikan sejumlah aspirasi pesepakbola profesional yang telah disampaikan kepada TGIPF Tragedi Kanjuruhan usai pertemuan tersebut.

Pertama, kata dia, adalah terkait trauma para pemain sepakbola baik dari Arema maupun Persebaya yang berlaga sebelum kerusuhan terjadi.

"Sejalan dengan apa yang sudah disampaikan dengan statement kita bahwa kami kemarin awalnya bentuk simpati empati terhadap teman-teman Arema," kata Hardika.

"Karena memang waktu itu kami dengan mereka, bagaimana traumatik mereka sehingga statement kita adalah meminta penundaan sampai ada evaluasi dan kepastian tentang keberlangsungan liga bukan sepekan seperti yang disampaikan federasi," sambung dia.

Baca juga: TGIPF Kanjuruhan Kantongi Barang Bukti dan Informasi Penting dari Tim Gabungan Aremania

Kedua, kata dia, adalah terkait dengan banyaknya stadion di Indonesia yang tidak layak untuk menggelar laga di level liga atas (top league).

Mengenai kondisi tersebut, menurutnya sudah diamani oleh Presiden Joko Widodo yang kemudian memerintahkan Kementerian PUPR untuk melakukan audit terhadap stadion-stadion sepakbola di Indonesia.

Ketiga, kata dia, masalah Standard Operational Procedure di masa depan.

Dari sisi pengamanan pemain, kata dia, poin yang paling utama adalah tidak selamanya kendaraan taktis (rantis) aparat menjadi andalan saat adanya laga klasik.

Namun demikian, kata dia, menurutnya untuk mengubah hal tersebut tidak bisa dilakukan pemain sendirian melainkan diperlukan juga para pemangku kepentingan lain baik itu klub, suporter, pemilik klub, federasi, liga, hingga kepolisian.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved