Bursa Capres
Masinton: Kalau Pak Jokowi Mau Jadi Wakil Presiden Menurut saya itu Jadi Lucu-lucuan Saja
Anggota Komisi XI DPR Masinton Pasaribu menilai ide pengusungan Joko Widodo sebagai calon wakil presiden sah-sah saja
Wakil Presiden tidak dalam posisi menggantikan kecuali berhalangan sementara misalkan ke luar negeri keluar Kepresnya. Kalau berhalangan tetap itu baru.
Artinya apa bahwa kelembagaan Presiden dan Wakil Presiden itu saya dalam lembaga Kepresidenan. Jadi kalau Pak Jokowi ingin jadi Wakil Presiden mau ngapain, kewenangan apa yang bisa dimiliki oleh dia selain membantu Presiden.
Beda halnya dengan negara Rusia yaitu Presiden Vladimir Putin yang berbagi kepemimpinan dengan Perdana Menteri Dmitry Medvedev. Karena ada kekuasaan yang dibagi. Nah kalau kita Prabowo-Jokowi kan nggak, Wakil Presiden ya memang membantu Presiden.
Presiden Jokowi kemarin juga sudah menyatakan ya. Dan baiknya memang nggak, jadi lucu-lucuan aja nanti karena apa, konstitusi kita tidak memberikan kewenangan yang lebih kepada jabatan wakil presiden.
Fungsi Wakil Presiden sebetulnya seperti apa di lembaga Kepresidenan RI?
Tidak ada yang namanya keputusan Wakil Presiden, tidak ada itu.
Nah dulu kita pernah tahun 1945 keluar maklumat Wakil Presiden, yang ada kan keputusan presiden, instruksi presiden, peraturan presiden, nggak ada peraturan wakil presiden.
Memang Wakil Presiden lah yang membantu tugas-tugas Presiden. Dia di atas menteri ya tapi bukan menteri. Jadi tugas-tugas yang didelegasikan oleh Presiden kepada Wakil Presiden mengkoordinasi kalau sekarang terkait umpama tim kesejahteraan apa segala macam.
Kalau Pak Jokowi mau jadi Wakil Presiden menurut saya itu keterlaluan lah, jadi lucu-lucuan aja gitu, apa sih memang yang mau dikejar.
Beberapa waktu lalu Projo melontarkan satu angka bahwa masih ada 30 persen pemilih Indonesia yang masih menginginkan kepemimpinan Pak Jokowi, ini kan satu sinyal bahwa Pak Jokowi masih punya pengaruh, pendapat Anda?
Bahwa ada yang menginginkan iya, tetapi kan tidak dominan. Masyarakat kita sekarang sudah level kesadaran bernegaranya sudah mulai maju. Tidak lagi kepada figur sebaik apapun orangnya.
Bicara tentang sistem, aturan, masyarakat kita telah memahami bahwa tidak boleh (Jokowi kembali maju). Itu membentuk persepsi masyarakat karena kesadaran bernegara yang sudah maju tadi.
Pak Jokowi memang baik tapi konstitusi membatasi, kira-kira begitulah level masyarakat memahami itu berdasarkan survei yang dilakukan Bung Toto dan kawan-kawan.
Artinya apa, ini bagus, sesungguhnya bagus buat generasi kita ke depan. Kekuasaan kita ini kan koreksi dari masa orde lama dan baru maka semangat dari reformasi itu membatasi kekuasaan yang lama tadi termasuk masa jabatan periodisasi presiden.
Nah maka dengan pembatasan ini menurut saya kita harus konsisten. Nggak boleh kita hanya karena cinta kepada seseorang, menurut saya kita sudah bergerak maju lah level kesadaran masyarakat. Sebaik apapun figur tersebut yang kita kedepankan adalah sistem presidensial.