Jokowi: Potensi Kejahatan Cyber akan Semakin Meningkat
Akan muncul berbagai modus dan bentuk-bentuk baru kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tidak berpuas diri dalam melakukan pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Pasalnya kata Presiden tantangan ke depan akan semakin berat.
"Apa yang telah dicapai dalam dua dekade ini tidak boleh membuat kita berpuas diri. Tantangan-tantangan yang akan kita hadapi di masa depan akan semakin berat," kata Presiden dalam peringatan 20 tahun gerakan anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme di Istana Negara, Jakarta, Senin, (18/4/2022).
Kepala Negara mengatakan potensi kejahatan cyber ke depan akan semakin meningkat.
Baca juga: Cegah Ancaman Perang Biocyber, TNI akan Bentuk Satuan Nubika dan Siber Dilengkapi Peralatan Canggih
Akan muncul berbagai modus dan bentuk-bentuk baru kejahatan pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Presiden paham bahwa pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme tidak bisa dilakukan sendiri oleh PPATK. Perlu dukungan semua pihak agar pencegahan berjalan dengan efektif.
"Perlu bekerja keras, bersama-sama untuk menjaga integritas dan stabilitas sistem perekonomian dan sistem keuangan kita, diperlukan dukungan dari semua pihak, instansi pemerintah, industri keuangan dan seluruh masyarakat," katanya.
Baca juga: Ukraina Juga Jadi Arena Perang Cyber, Hacker China, Rusia dan Belarusia Dilaporkan Serang Ukraina
Selain itu, Presiden mengatakan perlu dibangun sinergi untuk memastikan penegakan hukum berkeadilan, meningkatkan upaya pengembalian dan pemulihan keuangan negara.
"Memberikan kepastian hukum kepada para investor, baik yang ada di dalam maupun luar negeri dan membangun sistem keuangan Indonesia yang lebih kuat, terintegritas dan berkelanjutan," pungkasnya.