Kamis, 2 Oktober 2025

Fahri Hamzah Cemas Jika Daulat Partai Politik Menguat dalam Pemilu 2024

Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah mengungkap kecemasannya terkait demokrasi.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews/Irwan Rismawan
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah saat wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Kamis (3/6/2021). Tribunnews/Irwan Rismawan 

Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah mengungkap kecemasannya terkait demokrasi.

Ia cemas jika daulat partai politik kian menguat tapi di sisi lain terjadi pelemahan kedaulatan rakyat.

Hal ini disampaikan Fahri Hamzah dalam diskusi daring Gelora Talks bertajuk 'Pemilu 2024: Daulat Parpol vs Daulat Rakyat', Rabu (9/2/2022).

"Setidak-tidaknya kecemasan saya ini, adalah karena kecenderungan daulat partai politik yang menguat sekali, dan kecenderungan daulat rakyat yang melemah," kata Fahri.

Fahri menjelaskan kondisi partai politik hari ini banyak dikelola keluarga, segelintir orang, maupun penguasa tunggal.

Baca juga: Fahri Hamzah Sindir Politisi yang Takut Sama Ketua Umum dan Sekjen Parpol

Menurutnya situasi demikian mencemaskan karena partai politik yang sejatinya sebagai lembaga ilmu pengetahuan dan cikal bakal tulang punggung demokrasi justru mulai kehilangan jiwanya.

Maka bila kondisi Pemilu 2024 nantinya mengarah pada partai politik yang dikuasai segelintir orang, Fahri menyebut kecemasan masyarakat soal oligarki mengendalikan negara mulai menemukan kebenaran.

Baca juga: Fahri Hamzah Usul Fraksi DPR Dihapus: Legislatif Dibuat Tidak Berfungsi

"Karena partai politik sebagai lembaga ilmu pengetahuan hilang fungsinya, sebagai cikal bakal backbone demokrasi mulai kehilangan jiwanya. Kalau yang kita pilih nanti adalah tren menguatnya partai politik dikuasai segelintir orang, maka kecemasan bahwa oligarki ada di belakang ruang gelap yang mengatur negara ini saya kira menemukan kebenarannya," ungkap dia.

"Apabila kepemimpinan mulai tidak memahami bagaimana itu demokrasi dan cara kerjanya. Karena itu kalau mau menggantinya nanti ya dengan pemilu. Karena itu pertanyaannya adalah apakah pemilu 2024 akan memperbaiki demokrasi kita atau tidak?" katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved