Sabtu, 4 Oktober 2025

Pengamat Intelijen Dukung Penerapan Moderasi Beragama Tangkal Radikalisme

Kementerian dan lembaga negara, terutama BUMN menjadi sasaran empuk kelompok radikal masuk dan mempengaruhi para pejabat dan pegawainya

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Eko Sutriyanto
Dok. pribadi
Direktur Eksekutif Centre of Intelligence Strategic Studies, Ngasiman Djoyonegoro 

Sementara itu, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Romo Benny Susetyo menyoroti massifnya politik identitas berbasis agama di Indonesia, terutama sejak Pilkada DKI 2017.

Menurutnya, politisasi agama akan terus diguanakan untuk meraup suara elektoral karena biayanya yang murah. Namun demikian, ia optimis politisasi agama tidak efektif meraih dukungan publik.

"Saya optimis aja meskipun pertarungannya (politisasi agama) rame di sosmed. Politik identitas akan terus dipakai tapi tidak akan laku. Politik identitas tidak begitu laku karena tidak signifikan mempengaruhi pilihan publik," ujarnya.

Muhammad AS Hikam, Menteri Riset dan Teknologi 1999-2001, menyebut politik identitas adalah suatu hal yang wajar selama tetap dalam koridor nilai-nilai demokrasi.

"Politik pasti bawa identitas, tetapi tetap harus patuh pada Konstitusionalisme dan citizenship," jelasnya.

Selain itu, penggunaan Politik identitas mendorong berkembangnya paham intoleransi, radikal dan terorisme yang dapat merugikan negara sehingga perlu dihindari dengan melakukan moderasi beragama.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved