Cerita Istri Prajurit TNI AD asal Rote Pandai Menenun Sejak Usia 10 Tahun
Sejumlah hasil kain tenun pun terlihat di pajang di rumah tersebut dengan berbagai motif dan warna.
Selain itu, ada selempang, sarung, serta ikat pinggang yang terbuat dari perak atau emas bernama pendi.
Sebagai pelengkap, wanita Rote juga memakai ating-anting dan kalung di leher bernama habas.
Terlihat dalam tayangan, masyarakat yang didominasi pria sedang sibuk membuat pernak-pernik untuk pakaian adat tersebut.
Menurut Maria, untuk pembuatan satu set pernak-pernik tersebut membutuhkan waktu tiga hari.
"Pengerjaan untuk satu setnya 3 hari. Motifnya sesuai selera yang memesan," ujarnya.
Semua hasil kerajinan tangan tersebut dipajang di sebuah sanggar yang letaknya tak jauh dari gereja setempat untuk dijual kepada wisatawan atau masyarakat setempat.
Tak bisa nikah sebelum bisa menenun
Maria pun menceritakan bila tradisi di masyarakatnya masih sangat dijunjung tinggi.
Setiap perempuan yang ada di sana wajib bisa menenun.
Maria sendiri belajar menenun dari nenek dan ibunya.
"Sejak dari umur 10 tahun saya sudah bisa menenun," ujar perempuan asli Rote ini.
Kini, ia pun menurunkan keahlian menenunya kepada anak perempuannya yang sudah duduk di bangku kelas 2 SMA.
"Anak saya SMA kelas 2 dan sudah bisa menenun juga," ujarnya.
Meskipun kini berstatus sebagai istri prajurit, Maria tetap menjalankan aktivitasnya menenun kain.
Ia pun tidak menampik soal perempuan Rote baru bisa menikah bila sudah bisa menenun.