Virus Corona
Legislator PKS Nilai Pemerintah Kurang Menghargai Kemampuan Ahli Vaksin Indonesia
Indonesia punya banyak tenaga ahli di berbagai bidang, termasuk di bidang vaksin tapi terkesan kurang didukung pemerintah.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS Mulyanto menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan kurang mendukung kemampuan ahli vaksin Indonesia.
Menurut Mulyanto, Indonesia punya banyak tenaga ahli di berbagai bidang, termasuk di bidang vaksin.
Namun sayangnya keberadaan para ahli ini tidak dihargai sehingga wajar kalau beberapa di antaranya memilih berkarir di luar negeri.
"Orang Indonesia itu pintar-pintar. Jadi tidak benar stigma yang mengatakan kita ini bangsa kuli, bangsa tempe. Nyatanya kita punya Begawan Teknologi Prof. Dr. BJ. Habibie. Bahkan kita mampu menerbangkan pesawat N-250 si Gatot Kaca yang berteknologi canggih," ujar Mulyanto kepada Tribunnews, Selasa (3/8/2021).
Baca juga: Berikut Aturan PPKM Level 4 di Wilayah Sumatera, Sulawesi hingga Papua Mulai 3-9 Agustus 2021
Mulyanto menambahkan belum lama ini heboh diberitakan soal Indra Rudiansyah, peneliti Indonesia yang terlibat dalam penelitian vaksin AstraZeneca.
Padahal selain Indra Rudiansyah, ada peneliti perempuan Indonesia yang turut tergabung dalam tim Jenner Institute yang mengembangkan vaksin AstraZeneca, yakni Carina Citra Dewi Joe.
Berbeda dengan Rudiansyah, yang masih merampungkan Ph.D-nya, Carina mendapat beasiswa di Oxford University hingga selesai mendapat gelar Ph.D.
Carina bekerja 7 hari seminggu dan 12 jam per hari tanpa libur selama 1,5 tahun.
Buahnya vaksin Oxford-AstraZeneca ini sudah disetujui di 178 negara dan diproduksi sebanyak 700 juta dosis.
Ada puluhan ribu nyawa diselamatkan dan Carina turut andil di dalamnya.
Baca juga: Kemensos Lakukan Pendampingan Penyandang Disabilitas untuk Program Vaksinasi
"Vaksin seperti AstraZeneca, tentu bisa kita buat kalau kita mau. Cuma ketimbang memproduksi, bangsa kita lebih senang mengimpor, dengan berbagai alasannya.
Kita kurang menghargai produk dalam negeri," ucap Mulyanto.
"Secara individual kita kuat, namun secara kelembagaan, kita masih lemah. Karena kita kurang menghargai riset, teknologi dan inovasi," lanjut Sekretaris Kemenristek era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.
Menurut Mulyanto, ristek masih dianggap anak tiri, baik dari aspek anggaran, kelembagaan maupun dukungan ekosistem lainnya.
Bahkan secara politik, pemerintah seperti tidak punya kehendak bagi pengembangan Iptek.
Baca juga: Fraksi PKS: Pemerintah Perlu Genjot Pengembangan Vaksin Merah Putih
Jadi, kata Mulyanto, jangan heran kalau Kementerian Riset dan Teknologi dibubarkan. Lalu lembaga riset prestisius seperti BATAN, LAPAN, BPPT dan LIPI dibubarkan dan unsur-unsurnya dilebur kedalam BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).