Kamis, 2 Oktober 2025

Mudik Lebaran 2021

Faktor Penyebab Warga Nekat Mudik Lebaran, Pengamat: Aturan Tidak Konsisten dan Kurangnya Pendekatan

Rino Ardian ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa masyarakat tetap nekat mudik meski telah ada pelarangan mudik lebaran 2021.

Tribunnews/Irwan Rismawan
Petugas melakukan penyekatan arus mudik di Gerbang Tol Pejagan, di ruas Tol Pejagan-Pemalang, Brebes, Jawa Tengah, Jumat (7/5/2021) malam. Pada hari kedua pemberlakuan larangan mudik Lebaran, petugas gabungan melakukan penjagaan di sejumlah titik yang menjadi penghubung Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tribunnews/Irwan Rismawan 

TRIBUNNEWS.COM - Menurut Pengamat Kebijakan Publik UNS, Rino Ardian ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa masyarakat tetap nekat mudik meski telah ada pelarangan mudik lebaran 2021.

Di antaranya adalah masyarakat sudah sangat ingin pulang ke kampung halamannya masing-masing.

Mengingat pada lebaran 2020 kemarin, pemerintah juga melarang untuk mudik karena situasi pandemi Covid-19.

Selain itu, mudik lebaran sudah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia dan terus dilakukan setiap tahunnya.

Ketika mudik yang telah membudaya ini dilarang, mungkin masyarakat masih belum terbiasa dan butuh waktu untuk menaatinya.

"Mungkin dari sisi masyarakat sendiri mungkin sudah sangat ingin pulang, karena mungkin mereka sudah tidak tahan."

"Karena ini merupakan budaya kita yang sudah sekian lama dan kita harus berubah dalam waktu singkat," kata Rino saat berbincang di program Panggung Demokrasi Tribunnews.com, Rabu (19/5/2021).

Baca juga: Kapal Pelni Angkut 5.000 Penumpang Pasca Larangan Mudik

Pemerintah Tidak Konsisten dan Sehingga Masyarakat Punya Ruang untuk Coba-coba

Menurut Rino, di sisi lain ketidak konsistenan pemerintah telah memberikan ruang kepada masyarakat untuk mencoba-coba.

Buktinya banyak pemberitaan mengenai masyarakat yang sudah mengetahui aturan larangan mudik tapi tetap saja nekat untuk mudik.

Tidak adanya sosialisasi dari pemerintah juga menjadi salah satu faktornya.

"Kemudian di sisi lain ada ketidak konsistenan atau ada ruang bagi masyarakat untuk mencoba-coba. Kalau kita lihat di berbagai berita sudah tau dilarang mereka masuk coba-coba, dengan berbagai alasan."

"Mungkin tidak ada sosialisasi yang sampai ke masyarakat dengan platform yang dipahami oleh masyarakat luas," terang Rino.

Pengamat Kebijakan Publik UNS, Rino Ardian
Pengamat Kebijakan Publik UNS, Rino Ardian (YouTube Tribunnews.com)

Baca juga: 10 Ribu Orang Bepergian dengan KA Jarak Jauh Pasca Larangan Mudik

Butuh Pendekatan Agar Masyarakat Bisa Terima Perubahan

Rino menekankan, perubahan budaya di masyarakat membutuhkan waktu untuk bisa diterima.

Masyarakat Indonesia memang agak sulit untuk melakukan sebuah perubahan dengan cepat.

Dibutuhkan waktu yang cukup panjang dan pendekatan dari berbagai dimensi.

"Perubahan budaya itu memang butuh waktu, tapi tidak dengan serta merta cepat seperti ini. Dalam konteks masyarakat kita memang agak sulit melakukan perubahan dengan cepat."

"Jadi butuh waktu yang cukup panjang dengan pendekatan dari berbagai dimensi," ungkapnya.

Baca juga: Pengamat Nilai Kebijakan Larangan Mudik dan Pembukaan Wisata Cukup Baik Tapi Sulit Diimplementasikan

Masyarakat Merasa Ada Ketidakadilan

Akhir-akhir ini telah beredar info-info di masyarakat yang dikomparasikan secara tidak seimbang.

Rino pun mencontohkannya dengan kasus yang banyak menjadi argumentasi masyarakat di media sosial.

Yakni kasus masuknya TKA China ke Indonesia disaat adanya larangan mudik lebaran.

Menurut Rino, masalah masuknya TKA China dan larangan mudik adalah komparasi logis yang tidak sama.

Karena mudik lebaran ini tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia.

Baca juga: Polri Akui Masyarakat Lebih Banyak Paksakan Mudik Pada Tahun Ini Dibandingkan Tahun Lalu

Sementara masuknya TKA China ini konteksnya adalah pengembangan proyek skala nasional.

"Kasus yang banyak jadi argumentasi di sosial media misalnya TKA China boleh masuk tapi kita enggak boleh mudik."

"Itu kan sebetulnya komparasi logis yang tidak sama ya, satunya ini mudik yang tersebar luas dan tidak tentu arahnya."

"Sedangkan yang satu lagi adalah dalam konteks pengembangan proyek skala nasional dari TKA asing masuk ke Indonesia," tegasnya.

Faktor itulah yang akhirnya membuat masyarakat memberontak dan merasakan ketidakadilan.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)

Baca berita lainnya tentang Mudik Lebaran 2021.

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved