Mengenal Patih Serunai dari Jambi, Mendapat Penghargaan Local Heroes dari Tribun Network
Mari mengenal Patih Serunai dari Jambi, mendapatkan penghargaan sebagai Local Heroes dari Tribun Network dan Tribun Institute.
Tidak ada cerita harimau mengganggu mereka. Harimau punya tempat tersendiri dalam kehidupan mereka, dan juga kerap mereka beri makan.
“Tidak ada cerita suku kami mati karena harimau,” tambahnya.
Hal inilah yang membuat Patih Serunai dan Bukhori serta masyarakat adat Talang Mamak mengkritisi masuknya wilayah mereka dalam areal restorasi.
Bagi mereka, memasukkan wilayahnya dalam areal konsesi perusahaan, adalah sikap negara yang hingga kini belum mengakui keberadaan mereka.
Ini juga dipertegas dengan kondisi pembangunan infrastruktur di dusunnya.
Mereka masih harus lewat jalan tanah tak beraspal untuk bisa sampai ke Desa Suo-Suo.
Ada kalanya harus jalan kaki. Pada saat musim hujan, jalan tanah itu nyaris tak bisa dilewati kendaraan. Bakal lebih lama naik motor dibandingkan jalan kaki.
Jaraknya tempuhnya ke desa Suo-Suko sekitar tujuh kilometer.
Kondisi seperti ini pula yang membuat mereka sejak dulu tidak sekolah. Jarak sekolah ke dusunnya terlalu jauh, sulit dijangkau.
Generasi di bawah mereka lah yang baru mengenal sekolah.
Warganya yang paling tinggi pendidikannya adalah SMA, yang saat ini masih sekolah. Belum ada sarjana.
Di dusun ini baru berdiri TK yang dibangun yayasan dan sebuah sekolah dasar. Ruang kelas SD ini hanya dua lokal.
Satu lokal untuk kelas 1-3, dan satu lokal lagi untuk kelas 4-6. Siswanya memang tak banyak.
Sementara secara keseluruhan, jumlah warga Dusun Semerantihan ini sekitar 300 orang.
Satu di antara anak yang sedang menimba ilmu di SMA itu adalah anak dari Patih Serunai.